Batik Dari Nusa Tenggara
Batik-batik di Nusa Tenggara ini
merupakan batik tenun. Cara pembuatannya ada yang sama dengan teknik pembuatan
batik Jawa, ada juga yang berbeda.
Di Nusa Tenggara Timur, pada setiap
pulau juga memiliki batik dengan motif tersendiri. Di Pulau Rote, motif daun
adalah motif batik yang paling terkenal. Sementara, di Pulau Sumba, motif batik
yang paling khas adalah motif hewan.
Sementara
Nusa Tenggara Barat memiliki Motif batik yang terkenal yaitu batik Sasambo.
Sasambo merupakan gabungan tiga etnis yang mendiami bumi NTB – Sasak di Lombok,
Samawa di Sumbawa, dan Mbojo di Bima. Ketiga Suku ini bersatu dalam hal
kerajinan tangan tradisonal dan dibuatlah batik sasambo sebagai medianya.
Motif
batik Sasambo ini mengusung adat dan budaya lokal NTB. Ada motif ”Kelotok Sapi” atau gantungan kayu
kotak berbunyi yang biasa diikat di leher Sapi khas peternak Lombok, ada motif
kangkung yang menggambarkan makanan khas Lombok, ada motif Cabe atau Lombok,
Mutiara, dan Gerabah. Ada juga motif rumah panggung yang mewakili rumah adat di
pulau Sumbawa. Kemudian motif lumbung Raja Bima, kerang, daun pepaya, daun
bebele (semacam pegagan), serta tokek yang merupakan hewan keberuntungan di
Lombok.
Motif batik Sasambo ini yang paling
terkenal adalah motif Kangkung karena Lombok sangat terkenal dengan makanan
khasnya ‘Pelecing Kangkung’.
Warna Batik Sasambo ini beragam, merah, oranye, biru gelap dan lain
sebagainya. Sedangkan motif batik Sasambo yang paling digemari oleh masyarakat untuk di beli adalah motif
Kangkung yang berwarna merah berpadu kuning keemasan.
Proses pembuatan batik Sasambo hampir
sama dengan cara pembuatan batik pada umumnya di daerah Jawa. Mulai dari pembuatan
pola dengan menggunakan lilin malam, pewarnaan, piksasi (penguatan warna),
pembilasan, pelorotan, dan penjemuran. Proses pengeringan
batik sasambo juga dilakukan dengan menggantung kain di tali jemuran.Batik
Sasambo dibuat berupa batik tulis, batik cap serta batik kombinasi tulis dan
cap.
Berdasarkan kegunaan, kain batik Nusa Tenggara
lebih banyak diaplikasikan untuk selendang, sarung, dan selimut. Semuanya
mempunyai persamaan umum adalah cenderung berwarna dasar gelap karena zaman
dahulu masyarakat NTB belum mengenal adanya pewarna buatan sehingga mereka
lebih banyak menggunakan pewarna alami dengan pilihan warna-warna yang
terbatas.