Cari Blog Ini

Sabtu, 06 Juni 2020

Aliran Linguistik Sistemik Fungsional



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Studi linguistik telah mengalami tiga tahap perkembangan, yaitu dari tahap pertama yang disebutk tahap spekulasi, tahap yang kedua yang disebut tahap observasi dan klasifikasi, dan tahap ketiga yang disebut tahap perumusan teori. Pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng atau cerita rekaan belaka. Pada tahap klasifikasi dan observasi para ahli bahasa mengadakan pengamatan dan penggolongan terhadap bahasa-bahasa yang diselidiki, tetapi belum sampai merumuskan teori. Kemudian pada tahap ketiga yaitu tahap perumusan teori, bahasa yang diteliti tidak hanya diamati dan diklasifikasi, tetapi juga telah dirumuskan teori-teorinya.
Dalam sejarah perkembangannya, linguistik dipengaruhi oleh berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan yang dari luar tampaknya sangat ruwet, saling berlawanan, dan membingungkan, terutama bagi para pemula. Oleh karena itu, makalah ini membahas mengenai aliran linguistik sistemik fungsional.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah konsep aliran linguistik sistemik fungsional?
2.      Bagaimanakah kelebihan dan kekurangan aliran linguistik sistemikfungsional?

C.     Manfaat
1.      Mengetahui  konsep aliran linguistik sistemik fungsional?
2.      Mengetahui  kelebihan dan kekurangan aliran linguistik sistemikfungsional?








BAB II
PEMBAHASAN

A.     Konsep Aliran Linguistik Sistemik Fungsional
Linguistik sistemik fungsional merupakan teori sosial bahasa yang dikembangkan oleh Halliday (1976, 1985, 1994) dan para pengikutnya, seprti Christie (1987), Martin (1992, 1997), Bloor & Bloor (1995), Mathiessen & Nesbitt (1996). Aliran ini dikembangkan oleh Michael Alexander Kirkwood Halliday
(1976, 1985, 1994), seorang murid John R. Firth (tokoh utama aliran London)
(Emilia, 2008:2). Oleh karena itu, aliran ini dikenal pula dengan nama NeoFirthians. John R. Firth menggabungkan sosial dan behavioral (Sampson,
1980:221—222) yang menganggap kata merupakan pola-pola tingkah laku yang
memiliki fungsi koordinasi dan mengacu pada sesuatu dan situasi. Pikiran Firth
inilah yang memberikan pengaruh pada Halliday. Akar pandangannya berpusat
pada bahasa sebagai sistem semiotik sosial. Eggin dalam buku “An Introduction to
Systemic Functional Linguistics” (2004) menyatakan pandangan Halliday sangat
pantas digunakan untuk mengkaji teks yang terkait dengan:
(1) pendidikan bahasa, 
(2) perkembangan bahasa anak,           
(3) linguistik komputasi,
(4) wacana media, dan
(5)percakapan lepas (kasual) (Adisaputra, 2008:12).

Aliran ini memandang:
(1) bahasa sebagai semiotik sosial,
(2) bahasa merupakan sumber memaknai, memahami daripada sebagai suatu sistem aturan, 
(3) bahasa mengkaji teks, bukan kalimat untuk menegoisasi makna, dan
(4) teks dan konteks sosial lebih diperhatikan daripada teks sebagai entitas yang dikontekstualitaskan (Emilia, 20082—4). Teks ini dimaknai Gunter Kress sebagai ”satu kesatuan bahasa yang lengkap secara sosial dan kontekstual” dan Eggins memberikan kemungkinan teks dalam bentuk bahasa lisan maupun tertulis (Emilia, 2008:5).

            Berikut merupakan pokok-pokok pandangan aliran linguistik sistemik fungsional:
1.      Aliran linguistik sistemik fungsional memperhatikan penuh pada segi kemasyarakatan bahasa
2.      Pembedaan language dan parole
Parole adalah perilaku kebahasaan yang sebenarnya
Language adalah jajaran pikiran yang dapat dipilih oleh seseorang penutur bahasa
3.      Lebih mengutamakan penelitian ciri ciri bahasa tertentu beserta variasi variasi nya
4.      Adanya gradasi atau kontinum
5.      Aliran linguistik sistemik fungsional menggambar kan tiga tataran utama bahasa yaitu substansi, format, dan situasi

B.     Kelebihan dan Kekurangan Aliran Linguistik Sistemik Fungsional
        Kelebihan aliran linguistik sistemik fungsional :
1.      Dapat mengetahui bahwa setiap fonem (bunyi) itu memiliki fungsi sehingga dapat membedakan arti.
2.      Aliran ini sangat mempengaruhi tata bahasa dalam perkembangan linguistik sebelum, sekaligus membuka cakrawala baru agar aspek fungsional menjadi pertimbangan penelitian bahasa.
3.      Setiap monem (istilah Mortinet) yang diartikulasikan memiliki isi dan ekspresi, dengan begitu dapat di lihat fungsinya.
4.      Aliran ini menekankan pada fungsi preposisipada struktur kalimat, maksudnya unsur linguistik dalam sebuah kalimat dapat dijelaskan dengan merujuk pada fungsi sehingga ditemukan pemahaman logis dan utuh.
5.      Aliran ini berhasil melihat setiap komponen bahasa berdasarkan fungsi dan menginspirasi gagasan adanya relasi antara struktur dan fungsi bahasa.
Kelemahan aliran linguistik sistemik fungsional :
1.      Gagasan fungsional tidak menyentuh secara mendalam komponen fungsional utuk menentukan makna dalam penelitian bahasa.
2.      Bagaimana menyusun kalimat yang benar, berdasarkan fungsi pun tida jelas.
3.      Tidak mampu menguraikan fungsi unsur linguistik lebih rinci khususnya pada tataran sintaksis.
4.      Dalam unsur kalimat, gagasan aliran ini tidak menjelaskan komponen apa saja yang tercakup dalam aspek fungsional pada kalimat.


BAB III
PENUTUPAN

A.     Kesimpulan
Linguistik sistemik fungsional merupakan percabangan dari aliran strukturalisme. Bertolak dari masih adanya sedikit kelemahan aliran strukturalis, maka lahirlah aliran sistemik fungsional yang menampilkan tingkat kesempurnaan dibandingkan dengan teori sebelumnya, meskipun masih didapatkan sedikit titik kelemahan dalam teori ini, namun aliran sistemik fungsional ini telah berhasil melihat setiap komponen bahasa berdasarkan fungsi dan menginspirasi gagasan adanya relasi antara struktur dan fungsi bahasa.