Judul Buku : Gadis Modern
Penulis : Adlin Affandi
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun Terbit : 1979
Jumlah Halaman : 54 halaman
ISBN : -
Naskah drama dengan judul Gadis
Modern ini menceritakan tentang seorang pemuda yang ayahnya kaya raya. Ia
menolak dijodohkan dengan anak teman ayahnya yang perperilaku layaknya gadis
modern dan hanya mengejar harta pemuda tersebut. Naskah drama ini terdiri atas
tiga babak. Babak pertama dan ketiga terjadi di ruang kerja ayah Ruslan.
Sementara babak kedua terjadi di Medan, rumah keluarga Mariyana.
Awalnya Ruslan menolak tawaran
ayahnya untuk dijodohkan dengan Mariyana dan menunjungi Mariyana di Medan.
Tetapi, setelah Rustam, adiknya memberitahukan sebuah rencan, ia pun setuju
berangkat ke Medan. Di Medan yang mengunjungi keluarga Mariyana bukanlah Ruslan
dan Rustam. Tetapi Basiran yang menyamar sebagai Rustam dan Adi yang menyamar
sebagai Ruslan. Mereka merupakan anak buah di pabrik ayah Ruslan yang didandani
layaknya Rusan dan Rustam. Karena Mariyana mengira Adi adalah Ruslan, ia pun
menyampaikan cintanya kepada Adi.
Beberapa hari setelah kunjungan ke
Medan itu, Mariyana dan ayahnya berkunjung ke pabrik Salim, ayahnya Ruslan dan
Rustam. Di sana, sandiwara yang dilakukan Ruslan, Rustam, Adi, dan Basiran
terbongkar. Saat mengetahui Ruslan yang sebenarnya, Mariyana mengatakan
mencintai Ruslan. Kemudian Adi mengatakan bahwa di Medan Mariyana mengatakan
cinta kepada Adi. Rustam pun mengatakan bahwa Mariyana sebenarnya hanya
mencintai harta. Akhirnya Salim marah dan membatalkan perjodohan itu.
Judulnya menarik pembaca untuk
membacanya. Halaman yang tidak terlalu banyak juga menarik pembaca. Penggunaan
kertas warna kuning atau kertas novel sangat tepat, karena kertas tersebut
membuat mata tidak cepat lelah. Sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk membaca naskah ini. Permasalahan yang diangkat pun sering terjadi di
keseharian, sehingga mudah dipahami.
Sayangnya latar tempat yang
digunakan dijelaskan secara ribet, sehingga sulit dipahami. Penjelasan tentang
gerakan-gerakan yang dilakukan tokoh pun kurang. Sehingga pembaca sulit
membanyangkan, pergerakan tokoh saat ini. Ada juga beberapa ucapan tokoh yang seharusnya
menggambarkan kemarahan, namun kalimat dalam ucapan tersebut tidak seperti
sedang marah.