Perkembangan Agama Kristen di Indonesia
Sejak
abad ke-15 Paus di Roma memberi tugas kepada misionaris bangsa Portugis dan
Spanyol untuk menyebarkan agama Katholik. Kemudian bangsa Belanda pun tertarik
untuk menyebarkan ajaran agama Kristen Protestan dengan mengirimkan para
zending di negeri-negeri jajahannya.
a. Misionaris Portugis di
Indonesia
Pada abad ke-16 kegiatan misionaris sangat aktif
menyampaikan kabar Injil ke seluruh penjuru dunia dengan menumpang kapal
pedagang Portugis dan Spanyol. Salah seorang misionaris yang bertugas di
Indonesia terutama Maluku adalah Fransiscus Xaverius (1506–1552). Ia seorang Portugis yang membela rakyat yang
tertindas oleh jajahan bangsa Portugis. Di kalangan pribumi ia dikenal
kejujuran dan keikhlasannya membantu kesulitan rakyat. Ia menyebarkan ajaran
agama Katholik dengan berkeliling ke kampung-kampung sambil membawa lonceng di
tangan untuk mengumpulkan anak-anak dan orang dewasa untuk diajarkan agama
Katholik.
Kegiatan misionaris Portugis tersebut berlangsung di Kepulauan
Maluku, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, P ulau Siau, dan Sangir, kemudian
menyebar ke Kalimantan dan Jawa Timur.
Penyebaran agama Katholik di Maluku menjadi tersendat
setelah terbunuhnya Sultan Hairun yang menimbulkan kebencian rakyat terhadap
semua orang Portugis. Setelah jatuhnya Maluku ke tangan Belanda, kegiatan
misionaris surut dan diganti kegiatan zending Belanda yang menyebarkan agama
Kristen Protestan.
b. Zending Belanda di
Indonesia
Pada abad ke-17 gereja di negeri Belanda mengalami perubahan,
agama Katholik yang semula menjadi agama resmi negara diganti dengan agama
Kristen Protestan. Pemerintah Belanda melarang pelaksanaan ibadah agama
Katholik di muka umum dan menerapkan anti Katholik, termasuk di tanah-tanah
jajahannya.
VOC yang terbentuk tahun 1602 mendapat kekuasaan dan
tanggung jawab memajukan agama. VOC mendukung penyebaran agama Kristen
Protestan dengan semboyan “siapa punya negara,
dia punya agama”, kemudian VOC menyuruh penganut agama Katholik untuk
masuk agama Kristen Protestan. VOC turut membiayai pendirian sekolah-sekolah
dan membiayai upaya menerjemahkan injil ke dalam bahasa setempat. Di balik itu
para pendeta dijadikan alat VOC agar pendeta memuji-muji VOC dan tunduk dengan
VOC. Hal tersebut ternyata sangat menurunkan citra para zending di mata rakyat,
karena VOC tidak disukai rakyat.
Tokoh zending di Indonesia antara lain Ludwig Ingwer
Nommensen, Sebastian Danckaerts, Adriaan Hulsebos, dan Hernius.Kegiatan zending
di Indonesia meliputi:
1.
Menyebarkan agama
Kristen Protestan di Maluku, Sangir, Talaud, Timor, Tapanuli, dan kota-kota
besar di Jawa dan Sumatra.
2.
Mendirikan
Nederlands Zendeling Genootschap (NZG), yaitu perkumpulan pemberi kabar Injil
Belanda yang berusaha menyebarkan agama Kristen Protestan, mendirikan wadah
gereja bagi jemaat di Indonesia seperti Gereja Protestan Maluku (GPM), Gereja
Kristen Jawa (GKJ), Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), dan mendirikan
sekolah-sekolah yang menitikberatkan pada penyebaran agama Kristen Protestan.
c. Wilayah Persebaran Agama
Nasrani diIndonesiapada Masa Kolonial
Saat VOC berkuasa, kegiatan misionaris Katholik
terdesak oleh kegiatan zending Kristen Protestan, dan bertahan di Flores dan
Timor. Namun sejak Daendels berkuasa, agama Katholik dan Kristen Protestan
diberi hak sama, dan mulailah misionaris menyebarkan kembali agama Katholik
terutama ke daerah-daerah yang belum terjangkau agama-agama lain.
Faktor-faktor
penyebab sulitnya perkembangan agama Kristen di Indonesia pada waktu itu
adalah:
1.
Pada waktu itu
agama Kristen dianggap identik dengan agama penjajah.
2.
Pemerintah kolonial tidak menghargai prinsip
persamaan derajat manusia.
3.
Sebagian besar
rakyat Indonesia telah menganut agama lain.
Oleh karena itulah upaya penyebaran dilakukan di
daerah-daerah yang belum tersentuh agama lainnya. Juga dilakukan dengan
mengadakan tindakan-tindakan kemanusiaan seperti mendirikan rumah sakit dan
sekolah. Akhirnya berkat kerja keras kaum misionaris dan zending, agama Kristen
dapat berkembang di Indonesia sampai sekarang.