PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sastra Indonesia
Angkatan 90-an” ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Dengan
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami
bagi siapapun yang membacanya. Dan kami mengucapkan mohon maaf apabila terdapat
kata-kata yang kurang berkenan.
Semarang, 7 Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA.................
...............................................................................................................ii
DAFTAR
ISI.............................................................................................................................iii
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
....................................................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah
...............................................................................................................1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................2
II. PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang
Munculnya Sastra Periode 90-an.................................................................3
2.2 Karya-Karya Sastra
dan Siapa Tokoh Sastrawannya pada Sastra Periode 90-an...................4
2.3 Sinopsis dari Novel
Saman Karya Ayu Utami......................................................................5
2.4 Analisis Ciri-Ciri
Estetik dalam Novel Saman Karya Ayu Utami.........................................7
2.5 Sinopsis dari Novel
Supernova: Akar Karya Dewi Lestari.................................................12
2.6 Analisis Ciri-Ciri
Estetik Novel Supernova: Akar Karya Dewi Lestari..............................12
2.7 Peristiwa-Peristiwa
Baik dalam Bidang Sastra Maupun di Luar Sastra yang Menggambarkan Sastra
Periode
90-an...............................................................................19
III. PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
..............................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sastra merupakan tulisan indah, baik yang
ditulis oleh pengarang dalam kurun waktu tertentu maupun pengarang pada zaman
sekarang. Selain itu juga sastra dapat dipandang sebagai gejala sosial, karena
menurut Sangidu (2005:41) karya sastra merupakan tanggapan penciptanya
(pengarang) terhadap dunia (realita sosial) yang dihadapinya.
Dalam Bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk
merujuk pada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau
keindahan tertentu. Sastra biasa dibagi sastra tertulis atau sastra lisan.
Sastra sebagai pengalaman batin, memperluas emosi pembaca, juga sebagai media
pendidikan/ pengajaran dan memberikan inspirasi. Karya sastra sebagai hak cipta
manusia selain memberikan hiburan dengan nilai baik, nilai keindahan, susunan
adat istiadat, suatu keyakinan dan pandangan hidup orang lain atau masyarakat
melalui karya sastra.
Masalah angkatan dalam
sastra indonesia hingga kini masih tetap di perdebatkan. Perbedaan kriteria
atau titik tolak pandangan dalam membuat penggolongan angkatan ini,
menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Masalahnya menjadi semakin sulit,
karena kriterianya tidak saja berdasarkan perurutan waktu, tetapi juga
berdasarkan “nilai-nilai” tertentu. Bakri Siregar mencoba menjelaskan masalah
ini.dia juga melihat telah lahir suatu angkatan baru dalam sastra indonesia, yang dalam penampilannya di tandai oleh
protes sosial yang ditunjukan kepada penolakan otoritas total dalam semua
bidang. Secara instrinsik hal ini diwujudkan dalam penolakan wawasan estetika
dari angkatan sebelumnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dari makalah
ini terdiri atas:
1.
Bagaimana latar belakang munculnya sastra periode 90-an?
2.
Apa saja karya-karya sastra dan siapa tokoh sastrawannya
pada sastra periode 90-an?
3.
Bagaimana sinopsis dari novel Saman karya Ayu Utami?
4.
Bagaimana analisis ciri-ciri estetik dalam novel Saman
karya Ayu Utami?
5.
Bagaimana sinopsis dari novel Supernova: Akar karya Dewi
Lestari?
6.
Bagaimana analisis ciri-ciri estetik novel Supernova:
Akar karya Dewi Lestari?
7.
Bagaimana peristiwa-peristiwa baik dalam bidang sastra
maupun di luar sastra yang menggambarkan sastra periode 90-an?
1.3
TUJUAN
1.
Dapat mengetahui latar belakang munculnya sastra periode
90-an?
2.
Dapat Mengetahui karya-karya sastra dan siapa tokoh
sastrawannya pada sastra periode 90-an?
3.
Dapat Mengetahui sinopsis dari novel Saman karya Ayu
Utami?
4.
Dapat Mengetahui analisis ciri-ciri estetik dalam novel
Saman karya Ayu Utami?
5.
Dapat mengetahui sinopsis dari novel Supernova: Akar
karya Dewi Lestari?
6.
Dapa mengetahui analisis ciri-ciri estetik novel
Supernova: Akar karya Dewi Lestari?
7.
Dapat mengetahui peristiwa-peristiwa baik dalam bidang
sastra maupun di luar sastra yang menggambarkan sastra periode 90-an?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 LATAR BELAKANG MUNCULNYA
SASTRA PERIODE 90-AN
Karya sastra di
Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1990, ditandai dengan banyaknya roman
percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut. Karya
sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan
penerbitan umum. Persoalan sejarah memang memegang peranan penting disini.
Angkatan 90-an memberikan nafas, terutama surealisme pembongkaran bahasa dan
mulai memunculkan masalah gender.
Memasuki era angkatan 90an penuh kebebasan
ekspresi dan pemikiran. Dengan ditemukannnya percetakan, maka karya sastra jadi
bersifat individual : seorang pengarang menulis secara pribadi kemudian sampai
juga secara pribadi ketangan pembacanya yang menikmatinya secara pribadi pula.
Sebetulnya pada
angkatan 90 ini belum benar-benar dikatakan sebagai angkatan, namun karena
banyak pengarang yang menciptakan suatu karya-karya pada tahun 90an disebutkan
bahwa adanya angkatan 90 itu. Generasi 1990-an memang hanya menjadi pencatat
peristiwa-peristiwa ketika fenomena “di luar” tengah diterjang badai
kesemarakan beragama, sempitnya ruang artikulasi publik dan lahirnya generasi
yang gamang, para penyair mengusung peristiwa “luar” itu ke dalam kamar
puisinya. Maka sangat tidak mungkin menciptakan sebuah angkatan tanpa adanya
perambahan estetika dari sebuah generasi yang selalu mengklaim dirinya menjaga
wilayah kata-kata.
Di samping
menampilkan sanjak-sanjak peduli bangsa (istilah yang diusung rubrik budaya
Republika) dan karya-karya reformasi yang anti penindasan, gandrung keadilan,
berbahasa kebenaran, muncul pula fenomena kesetaraan gender yang mengarah ke
woman libs sebagaimana tercermin dalam karya-karya Ayu Utami dari Komunitas
Sastra/Teater Utan Kayu, Jenar Mahesa Ayu, Dewi Lestari. Pada era yang
bersamaan berkibar bendera Forum Lingkar Pena (FLP) dengan tokohnya HTR (Helvy
Tiana Rosa) yang berobsesi mengusung Sastra Pencerahan, Menulis Bisa Bikin
Kaya.
Masa Pemapanan dapat
mewadahi kehidupan sastra Indonesia tahun 1965-1998 dengan alasan pada masa itu
terjadi pemapanan berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, pers, dan
pendidikan yang dampaknya tampak pada bidang sastra. Pada masa itu ilmu sastra
Indonesia tampak semakin mapan di fakultas sastra, penelitian makin merak
dimana-mana, dan penerbitan pun terbilang berlimpah ruah. Memang ada juga
pembatasan dan penekanan disana-sini , tetapi secara keseluruhan berkembang
mapan.
Masa Pembebasan dapat
mewadahi kehidupan sastra Indonesia selepas reformasi Mei 1998 dengan alasan
telah terjadi kebebasan bersastra yang hasilnya masih harus masih diuji oleh
sejarah sebagai contoh, roman-roman Pramoedya Ananta Toer dan sejumlah “sastra
perlawanan” yang sulit terbit pada masa sebelumnya ternyata sekarang dapat
diterbitkan tanpa ketakutan apapun.
2.2 KARYA-KARYA SASTRA DAN
SIAPA TOKOH SASTRAWANNYA PADA SASTRA PERIODE 90-AN
Pengarang dan Karyanya Sastra
Periode 90-an antara
lain:
A.
Novel
1. Ayu Utami
- Saman (1998) Larung
(2001)
2. Jenar Mahesa Ayu
- Mereka Bilang Saya Monyet
3. Ahmadun Yosi Herfanda
- Sajak Penari (1990)
- Sebelum Tertawa Dilarang
(1997)
- Fragmen-fragmen Kekalahan
(1997)
- Sembahyang Rumputan (1997)
4. Hilman Hariwijaya
- Olga Sepatu Roda(1992)
- Lupus ABG - 11 novel
(1995-2005)
5. Dorothea Rosa Herliany
- Matahari yang Mengalir (1990)
- Kepompong Sunyi(1993)
- Nikah Ilalang (1995)
- Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
6. Gustaf Rizal
- Segi Empat Patah Sisi(1990)
- Segi Tiga Lepas Kaki(1991)
- Ben (1992)
- Kemilau Cahaya dan Perempuan
Buta (1999)
7. Ahmadun Yosi Herfanda
- Sajak Penari (1990)
- Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
- Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
- Sembahyang Rumputan (1997)
8. Afrizal Malna
- Yang Berdiam Dalam
Mikropon (1990)
- Cerpen-cerpen Nusantara
Mutakhir (1991)
- Dinamika Budaya dan
Politik (1991)
- Arsitektur Hujan (1995)
- Pistol Perdamaian (1996)
- Kalung dari Teman (1998)
9. Remy Sylado
- Ca Bau Kan (1999)
10. Lintang Sugianto
- Matahari Di atas Gilli (1997)
B. Kumpulan Cerpen pada Periode
90-an ini diantaranya :
1. Kado Istimewa (pilihan kompas, 1992)
2. Laki-laki yang Kawin dengan Peri (pilihan kompas, 1995)
3. Lampor (pilihan kompas, 1994)
4. Menjelang Pagi (Ratna Indraswari Ibrahim, 1994), dan
lain-lain.
2.3 SINOPSIS DARI NOVEL SAMAN
KARYA AYU UTAMI
Saman
ini mengisahkan tentang 4 sahabat yang telah menjadi sabahat dari
SD, mereka adalah Laila, Cok, Yasmin, dan Shakuntala. Mereka mempunyai
obsesi yang sama tentang laki-laki.
Laila
jatuh cinta kepada Sihar yang sebelumnya Laila jatuh cinta pada seorang pastor
bernama Wisanggeni, Laila menjadi terlibat sangat jauh dengan masalah yang
dihadapi Sihar sehingga mereka menjadi sangat dekat, masalah yang
menuntut keadilan terhadap atasannya yang menyebabkan sahabat Sihar meninggal
karena kelakuan atasannya. Sihar dan Laila tepaut cinta yang seharusnya tidak
boleh terjadi diantara mereka, karena Sihar telah mempunyai istri dan
seharusnya Laila tidak boleh menjalin cinta kepada laki-laki yang telah
mempunyai istri.
Yasmin
adalah seorang pengacara yang selalu membela pihak yang dirugikan tanpa
berharap imbalan, Yasmin sudah menikah. Berbeda dengan Cok yang selalu
berganti-ganti pasangan dan dikenal sebagai wanita yang binal. Shakuntala yang
merupakan sahabat dari Cok, Yasmin dan Laila yang mendapat beasiswa seni tari
di New York, dengan mendapatkan beasiswa di New York Shakuntala mempunyai
maksud untuk menjauhi ayahnya. Keempat sahabat ini memilki jiwa social yang
tinggi yang menimbulkan mereka terlibat dalam masalah yang serius yaitu masalah
yang menimpa Sihar dan Wisanggeni.
Mengatasi
masalah yang tengah dihadapi Sihar, yang menuntut keadilan karena kecerobohan
sang atasan salah satu rekan kerja sihar meninggal. Sihar yang dibantu oleh Wis
dan Yasmin yang merupakan pengacara berusaha menuntaskan masalah tersebut.
Karena masalah tersebut Laila dan Sihar menjadi sangat akrab hingga mereka
berdua merencanakan untuk berkencan, namun kencan tersebut digagalkan oleh
Sihar karena tek tega lantaran Laila masih perawan.
Wisanggeni
yang terlibat masalah serius disuatu daerah bernama perabumulih, disana
Wisanggeni bertemu dengan Upi seorang gadis yang terganggu kejiwaannya,
penyakit gangguan jiwanya tersebut dimafaatkan oleh para lelaki yang tidak
bertanggung jawab, Wisanggeni bertemu Upi, ketika Upi terjebur dalam sumur,
entah karena apa Wisanggeni memandang Upi berbeda dan Wisanggeni ingin
menolongnya, hingga Wisanggeni mengantarkan Upi pulang kesuatu desa.
Sesampainya Wisanggeni di desa tersebut dia mendapatkan kenyataan bahwa Upi
mengalami gangguan jiwa yang harus dimasukkan dalam kandang dengan kaki
terantai. Orang tua Upi menjelaskan bahwa mereka terpaksa melakukan itu karena
Upi sudah keterlaluan karena hampir membahyakan orang disekitar, Upi yang dalam
sakit gangguan jiwa tersebut, sering merasakan masturbasi yang membuat
Wisanggeni semakin prihatin.
Hampir
setiap minggu Wisanggeni pergi ke desa Upi untuk membangun tempat yang layak
untuk Upi, hingga suatu hari Wisanggeni terlibat terlalu dalam pada masalah
didesa tersebut yaitu membantu perekonomian warga yang ada didesa tersebut,
Wisanggeni dapat membantu mereka dengan bantuan dana dari ayahnya serta izin
dari kepala pastor untuk membantu desa tersebut. Didesa itu Wisanggeni membuat
pembangkit listrik dan menanam pohon karet yang perlahan-lahan membuat
perekonomian warga didesa tersebut mulai membaik.
Namun,
rencana mereka tidak lancar, karena keputusan pemerintah yang mengalihkan
pengolahan lahan tersebut pada perusahaan swasta perkebunan kelapa sawit.
Tentunya keputusan pemerintah tersebut sangat merugikan warga desa, sehingga
Wisanggeni dan warga desa bersikukuh untuk mempertahankan perkebunan karet yang
perlahan-lahan membuat perekonomian warga tersebut semakin membaik. Namun,
teror demi teror menyerang desa tersebut hingga suatu ketika warga desa dan Wis
terjebak. Sehingga perkebunan tersebut dapat dikuasai oleh perusahaan swasta
dan Wisanggeni ditangkap dan siksa dalam penjara dipaksa mengaku hal yang
sebenarnya tidak Wisanggeni lakukan. Wisanggeni merasa sangat bersalah dan
kecewa kapada dirinya sendiri karena Upi tidak dapat diselamatkan.
Laila
dan Sihar berjanji akan berkencan di New York. Namun, Sihar tidak menepati
janji, sehingga menyulut kemarahan Shakuntala yang merupakan sahabat Laila.
Namun, Laila selalu membela Sihar dan mengagungkan Sihar, Shakuntala tidak
habis pikir dengan laila yang selalu setia mencintai orang, berbeda dengan
Shakuntala yang selalu berganti pasangan yang sesuai dengan apa yang
dinginkannya.
Wisanggeni
berhasil keluar dari penjara, kemudian dia mengirim surat ke ayahnya, dia
meminta bantuan untuk dikirimi uang dan meminta ayahnya untuk memberi tahu
Yasmin bahwa Wisanggeni membutuhkan bantuan, akhirnya Yasmin membantu
Wisanggeni. Yasmin mengusulkan agar Wisanggeni pergi dari Indonesia, Yasmin dan
Cok membantu penyamaran Wisanggeni dengan sangat rapi sehingga tidak ada orang
yang mengenali Wisanggeni. Wisanggeni dilarikan ke New York tanpa sepengatuhuan
orang lain. Namun, tengah perjalanan itu Yasmin tidak bisa menahan perasaan
sedihnya karena kepergian Wisanggeni. Akhirnya, mereka melakukan hubungan
terlarang yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang pastor.
Selama
wisanggeni pergi ke New York dia berganti nama menjadi Saman. Saman menjadi
sangat dekat dengan Yasmin dan sangat mencintai yasmin .Perasaan dan nafsu
yang selama ini di pendam selama ia menjadi pastor, kini berubah menjadi
perasaan penuh cinta terhadap Yasmin.
2.4 ANALISIS CIRI-CIRI ESTETIK
DALAM NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI
A. Unsur Instrinsik
a. Tema
Tema dari Novel “Saman” adalah seksualitas dari perspektif perempuan
yang masih tabu. Maksutnya dalam novel ini kisah yang diceritakan adalah banyak
membicarakan masalah seks yang vulgar seperti bagaiman ketika tokoh Laila dan
Sihar berada di hotel , kemudian Saman dan Yasmin berselingkuh.
b. Alur
Dalam novel Saman, penulis menggunakan Alur Campuran atau Gabungan.
Karena jelas sekali dalam novel Saman ini penulis membuat latar waktu yang
berbolak balik.
c. Tokoh dan penokohan
1. Laila
Watak: lugu
, penuh kebimbangan , tulus ,rela berkorban
Bukti: “…dia
katakan apakah saya siap? Saya jawab ,tolong saya masih perawan “
2. Saman :
baik , religius , penuh kasih sayang , rela berkorban
– Religius : Saman adalah seorang pastur dan mengabdikan dirinya di
gereja
– Penuh kasih sayang : Saman membangunkan rumah baru untuk Upi , gadis
gila yang di pasung ditempat sempit yang lebih buruk dari kandang kambing
– Rela berkorban : Saman rela mengabdikan dirinya di desa Upi untuk
membantu warga di perkebunan
3. Shakuntala
Watak : pemberontak
Bukti : Shakuntala adalah
wanita yang membenci ayahnya dan akhirnya tinggal di New york agar bisa jauh
dari sang ayah
4. Cok
Watak : binal
Bukti :
Wanita yang suka berganti-ganti pacar dan telah menyerahkan keperawanannya
sejak Smp
5.
Yasmin
Watak :
pintar , nakal , tidak setia
Bukti:
– Yasmin masuk kuliah di fakultas hukum UI tanpa tes
– Yasmin sudah tinggal satu rumah dengan pacarnya sebelum menikah
– Yasmin mencintai dan berselingkuh dengan Saman
6.
Sihar
Watak :
tidak setia , suka memberi harapan palsu
Bukti:
– Sihar
berselingkuh dengan Laila
– Sihar
tidak menepati janjinya untuk bertemu dengan Laila di New york.
7.
Rosano
Atasan
Sihar, seorang yang ramah, manis, tetapi angkuh. Putra seorang pejabat
Departemen Pertambangan.
Dibuktikan
dengan: Rosano menyapa dengan gayanya yang khas:ramah, manis, angkuh.
Belakangan Laila mendengar dari Sihar bahwa lelaki itu adalah putra seorang
pejabat Departemen pertambangan. (Saman, hal.13)
8. Upi
– Merupakan orang yang mengalami keterbelakangan mental.
– Dibuktikan dengan: Kemudian si ibu bercerita tentang anak perempuan
yang gila. (Saman, hal. 71)
9. Anson
– Kakak Upi yang pekerja keras matanya buta sebelah.
– Dibuktikan denagn: Anson abangnya,memarahinya dan mencoba
menyelamatkan bebek itu. (Saman, hal. 72)
10. Mak Argani
– Ibu Upi yang baik hati.
– Dibuktikan dengan: Mak argani serta beberapa ibu merawat istri Anson
disana yang lain engabsen gadis gadis. (Saman, hal. 98)
11. Hasyim Ali
– Sahabat dekat Sihar yang sangat menyayangi keluarga dan pekerja
keras.
– Dibuktikan dengan: Ia berasal dari lingkungan petani kecil kelapa di
Sumatra Selatan sehingga dengan penghasilannya sebagai buruh minyak, sekitar
satu setengah sampai dua juta rupiah sebulan, dia adalah penopang utama ekonomi
keluarga. (Saman, hal 20)
d. Lattar/Setting
1. Tempat : pertambangan minyak, desa Prabumulih, New york, hotel, dan
taman
Hal ini dapat dibuktikan dari kutipan dalam novel berikut:
“ Di
taman ini saya adalah seekor burung …” ,“…meski Perabumulih tak banyak berubah
“
2. Waktu :
masa rezim orde baru
Latar belakang
novel ini adalah Indonesia pada tahun 80-an dan 90-an di masa rezim Orde Baru
memerintah dengan otoriter.
Dibuktikan
dengan:
Pada
halaman 44 ditulis : Prabumuli 1962.
Dan di
halaman pertama ditulis : Central Park, 28 Mei 1996.
Suasana :
menegangkan , mencekam , menyedihkan
“…situasi
mencekam , bahkan siang lengang , orang-orang takut keluar rumah”
f. Amanat
– Sebagai pimpinan harus bijaksana dan mau mendengarkan pendapat
anggotanya.
– Sebagai seorang suami harus setia terhadap pasanganya.
– Jangan memperlakuan orang yang keterbelakangan dengan semena-mena.
– Bagi pemerintah untuk memikirkan nasib rakyat yang tertindas.
– Secara garis besar kita dapat melihat adanya suatu perjuangan,
pengorbanan, keikhlasan sebagai amanat yang terkandung dalam novel Saman. Namun
tidak dapat menutup mata bahwa novel Saman juga banyak mengulas mengenai sex,
bahkan secara vulgar, yang amantnya hanya diperoleh bagi pembaca yang benar
benar sudah dewasa.
g. Dari Segi Kebahasaan
Dalam novel “Saman “ bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia yang
mudah dipahami karena merupakan bahasa sehari-hari . Hanya saja dalam beberapa
kalimat di temulan penggunaan bahasa kiasan yang agak sukar di pahami .
Sebagai contoh kutipan novel saman pada halaman 1 yaitu, manusia
menamai mereka, sepertiorangtua memanggil anak-anaknya, meski pun tumbuhan
memanggil anak-anaknya,meskipun tumbuhan itu lebih tua. Rafflesia Arnoldi
memang tidak mekar di central aprak melainkan di hutan tropis dataran
tinggi Malaya, tetapi kita tahu laki-laki inggris kemuian menjadi ayah bunga
itu”.
Penggunaan novel “Saman” banyak menggunakan kalimat vulgar seperti
contohnya dikutip dari novel saman halaman 4 yaitu“dia katakan dada saya
besar, saya jawab tidak sepatah kata dia katakan apakah saya siap , saya jawab
tolong saya masih perawan, dia katakan bibir saya indah ciumlah cium disini”
Dalam novel ini bahasa yang digunakan adalah bahasa yang hanya bisa di
pahami oleh orang dewasa , sehingga sangat tidak sesuai jika dibaca oleh anak
smp dan sma
Seperti
contoh dalam kutipan halaman 199
“aku terkena aleorotisme . bersetubuh dengan likas tapi membayangkan kamu , ia
bertanya-tanya kenapa sekarang aku semakin sering minta agar lampu di matikan
.sebab yang aku bayangkan adalah wajah kamu , tubuh kamu .”
B. Unsur Ekstrinsik
Dalam novel Saman ini
pengarang banyak memberikan nilai-nilai yang terkandung dalam novel ini,
diantaranya:
1. Nilai Politik
Jelas terlihat pada
ketidakadilan terhadap perempuan dan masyarakat kalangan bawah maupun kalangan
atas. Ketidakadilan pada perempuan yaitu terdapat pada kejadian pemerkosaan
yang terjadi pada penokohan Upi si gadis gila dan istri Anson. Dimana disitu laki-laki
hanya memikirkan nafsu birahi saja tanpa memikirkan akibat kedepannya.
Ketidakadilan pada pada masyarakat yaitu terlihat pada Rosano, seorang
pengusaha kaya yang bisa membayar hukum dengan kekuasaannya sehingga ia bisa
bebas dalam aturan hukum. Kemudian pada Saman yang harus merasakan penyiksaan
dan penyanderaan karna dianggap sebagai komunis. Padahal ia hanya menjadi
sukarelawan untuk memajukan sebuah desa namun pemerintah memperlakukan secara
tidak adil.
2. Nilai Sosial
Terlihat pada kebaikan dan
ketulusan hati Saman yang membantu membuatkan rumah untuk si Upi
perempuan gila. Karna ia tidak tega melihat seorang wanita yang tidak diberikan
dan diperlakukan secara tidak seharusnya.terbukti pada kutipan berikut:
“ Lihat, Upi! Sangkar emasmu sebentar lagi jadi.
Minggu depan kubikinkan juga amben dan meja makan. Katanya dengan bangga.”(halaman 76)
3. Nilai Agama
Terlihat pada kesopanan
Saman pada warga desa ketika Suasana desa yang gaduh dan Saman mencoba
menenangkan wanita-wanita dengan berusaha mengingatkan warga pada agamanya,
meskipun Saman berbeda agama dengan warga-warga tersebut. Terbukti pada kutipan
berikut :
“ Wis meminta wanita-wanita itu bersalawat…. Semoga
Tuhan melembutkan hati orang-orang yang mungkin akan mengepung.” (halaman 99)
4. Ideologi
Menggambarkan
perempuan-perempuan yang mandiri, dan memperjuangkan diri mereka sebagai
perempuan yang menjadi korban dari berbagai permasalahan. Mereka adalah tokoh
menggambarkan bahwa pahlawan tak hanya laki-laki, namun perempuan pun bisa jadi
pahlawan dan memperjuangkan Hak Asasi Manusia. Perempuan juga bisa berkarya dan
memiliki pengetahuan yang luas. Ayu Utami mengangkat permasalahan hidup mereka,
lalu bagaimana mereka menghadapinya, adalah gambaran dari ketangguhan
perempuan.
Kemudian pada penokohan
Saman, yang memperjuangkan nasib masyarakat golongan bawah dengan cara mereka
yang ekstrim. Meskipun tokoh Saman sendiri tidak bisa dikatakan sepeunuhnya
komunis karena pada awalnya ia hanya pura-pura jadi penganut komunis, tapi ia
mungkin masuk golongan sosialis.
2.5 SINOPSIS DARI NOVEL
SUPERNOVA: AKAR KARYA DEWI LESTARI
Bodhi, adalah seorang remaja yang berani melakukan suatu hal untuk
menemukan apa yang selama ini ia harus temukan. Perjalanannya dimulai ketika ia
sudah tumbuh dewasa, ia mulai mencari jati dirinya yang sebenarnya,
perjalanannya dimulai ketika dia meninggalkan Vihara, bersama rombongan pendeta
Buddha menyebrang dari Pulau Jawa menuju Sumatera, tepatnya di Belawan Sumatera
Utara. Hidup tanpa identitas dan tak tahu asal kelahiran dan tanggal lahir,
membuatnya terus bertahan hingga suatu ketika dengan dokumen palsu dan paspor
yang dibuat oleh Ompu Berlin, ia memutuskan menyebrang ke Penang. Disana ia
berjumpa beberapa pelancong dan memberinya arahan tentang perjalanan.
Perjalanannya kemudian berlanjut di
Bangok yang merupakan tempat berkumpulnya para pelancong di seluruh dunia,
disana Bodhi tinggal di penginapan bersama beberapa pelancong yang suka datang
dan pergi seenaknya, hingga pada suatu saat, datanglah seorang bernama Kell
yang juga pelancong dan seniman tato. Hari-hari Bodhi di Bangkok selalu bersama
Kell, sembari diajarkan membuat tato oleh Kell, ia mencoba mencari nafkah
dengan membuatkan tato.
Di tengah-tengah Bodhi dan Kell, hadir lagi seorang pelancong dari Hollywood
bernama Star, Star merupakan wanita paling cantik yang pernah dijumpai oleh
Bodhi, dari perempuan inilah, Bodhi merasakan sebuah perasaan yang belum pernah
ia rasakan sebelumnya.
Bodhi melakukan perjalanannya yang mempertemukan ia dengan pengasuh Bob
Marley yang bernama Georgie, itu adalah pertemuan yang singkat bagi Bodhi, di
sana ia bekerja sebagai pemanen daun ganja di tempat yang disebut Golden
Triangle dengan upah yang lumayan, setelah mendapatkan uang yang ia
butuhkan, ia kembali ke Bangkok untuk menemui Kell, Kell tak ada lagi di sana.
Dengan niat bulat dan yakin, ia mencari keberadaan Kell, pertemuan ini menjadi
yang terakhir baginya, karena tak lama bertemu, Kell mengalami kecelakaan
ranjau yang dialaminya. Setelah kepergian Kell, Bodhi melanjutkan perjalanannya
kembai ke Indonesia, dia menemukan sebuah misteri yang membuat rasa
penasarannya tinggi akan hal itu.
2.6 ANALISIS CIRI-CIRI ESTETIK
NOVEL SUPERNOVA: AKAR KARYA DEWI LESTARI
A.
Unsur-Unsur Intrinsik Novel Supernova: Akar
a.
Tema
Tema
dari novel Supernova: Akar karya Dee Lestari yaitu pencarian
jati diri. Bodhi,
sebagai tokoh utama mencari jati dirinya yang hakiki dengan berpetualang
menjadi backpacker. Ia berharap
kesejatian
tersebut dapat menjawab pertanyaannya selama ini yang menjadi bahan perenungan dan
kebimbangan. Pertanyaan tersebut antara lain dari mana dia berasal, dari mana
manakah akar dia berasal. Hal ini sesuai dengan judul novel ini, yaitu akar.
b.
Tokoh
1. Bodhi
Bodhi
adalah seorang laki-laki yang saat itu berusia 23 tahun, berkepala botak
bergaya straight edge. Ada susunan tulang seperti tulang belakang
membelah kepalanya mulai dari puncak dahi ke belakang dan menghilang perlahan
di pangkal tulang leher. Itu adalah salah satu dari banyak keanehan seorang
Bodhi. Saking banyaknya keanehan Bodhi, guru dan para sahabatnya curiga bahwa
dia bukan manusia biasa.
2. Kell
Kell
berumur sekitar 35 tahun. Ayahnya seorang Irlandia yang juga pengelana,
menikahi wanita Mesir, dan jadilah Kell dengan kombinasi genetika yang
sempurna. Kell mempunyai enam belas istri
(lebih pantas disebut suami karena merekalah yang menghidupi Kell) di seluruh
dunia. Kell adalah seorang tattooist. Dia bisa langsung tahu siapa yang
butuh digambar, dan gambar
apa yang mereka
butuhkan.
3. Ishtar
Seorang cewek super cantik dan
seksi. Dia
sering menggoda Bodhi. Sialnya, Bodhi benar-benar.
4. Tristan
Tristan
Sanders adalah seorang backpacker gondrong asal Australia yang sedang
berkeliling Asia Tenggara.
5. Bong
Bong adalah tokoh yang muncul di awal cerita sekaligus
manusia yang terakhir ditemui Bodhi setelah Kell, Ishtar dan Tristan. Bong
tergabung dalam kumpulan orang-orang punk, lebih tepatnya dia adalah
ketua geng. Bong dituakan dan dihormati seluruh scene di negeri itu
karena paling cerdas dan berwawasan. Tidak seperti manusia punk pada
umumnya, sesungguhnya dia adalah manusia cerdas. Bong membaca. Dia tahu sejarah. Dia membuka mata terhadap dunia.
Dia tahu ujung-pangkal luar-dalam kenapa ia memilih jalan hidup seperti itu.
Bong, mewaliki sosok pemuda Indonesia yang memprotes sistem kapitalisme yang
menjajah manusia dengan caranya sendiri.
6.
Guru Liong
Guru
Liong (Zang Ta Long) adalah seorang biksu yang berasal dari China. Guru Liong
adalah orang yang mengasuh dan membesarkan Bodhi.
c.
Watak Tokoh
1. Bodhi
a. Mudah
putus asa
Bodhi adalah tokoh yang kehidupannya penuh penderitaan, khususnya
penderitaan batin. Sumber penderitaannya adalah ketidaktahuan akan identitasnya
dan terutama indera keenam yang dimilikinya. Hal ini membuat Bodhi menjadi
sosok yang mudah putus asa dan menganggap mati adalah jalan keluar. Hal ini
dapat dibuktikan dengan beberapa kutipan “Aku ingin si 'aku' mati. Siapapun itu
sesungguhnya. Karena hidup ini terlalu sakit. Capek. Mau muntah. BLAH! PUAH!
Hrrrrgkh . . . ]”.
b. Penakut dan bimbang
Karena masa lalunya dan
pengalaman dengan indera keenamnya, Bodhi menjadi sosok yang mudah takut dan
bimbang. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan “Dan kalimatnya menggetarkan
nadiku. Empat bulan lebih aku tidak merasakan keanehan apa-apa. Empat bulan
lebih aku terbebas dari takut tapi detik itu, aku kembali merasa terancam.”
c. Rajin
Hal ini dapat dibuktikan
dengan kutipan “Hampir tiga bulan penuh saya dan Kell
terus bersama. Setiap hari saya melatih garis dengan penggunaan jarum tunggal
sampai lima jarum sekaligus, melatih teknik gradasi dan pewarnaan.”
2. Ishtar
Istar memiliki
watak yang jahat. Ia selalu membawa amanat buruk seperti Star
selalu mencari perhatian Bodhi dengan berbagai macam cara. Bahkan Star hampir
menodai kesucian Bodhi sebagai umat Budha.
3. Guru
Liong
Guru Liong
memiliki watak yang sabar dan rendah hati. Selalu menaungi Bodhi dan dengan
sabar merawat Bodhi selama delapan belas tahun. Hal ini dapat dibuktikan dengan
kutipan “Kali pertama dalam delapan belas tahun, aku memberanikan diri untuk
menyentuh muka orang itu, manusia yang selalu memayungiku seperti langit.
Kutangkupkan kedua tanganku di pipi tuanya.
4. Kell
Watak tokoh Kell adalah suka berpetualang, humoris,
sabar, baik, kreatif, dan mudah bergaul. Hal ini dapat dibuktikan dengan
kutipan “Namanya Kell. Umurnya barangkali sekitar 35-an. Ayahnya orang Irlandia
yang juga pengelana, menikahi wanita Mesir, dan jadilah dia dengan kombinasi
genetika yang sempurna. Kami semua berpikir kenapa dia tidak jadi bintang
film”.
5. Tristan
Tristan adalah orang yang baik yang mau membantu Bodhi.
Di awal tidak diceritakan agamanya, tetapi ketika Bodhi bertemu dengan Tristan
Sanders, Tristan sudah menjadi seorang Budha yang taat.
6. Bong
Tidak
seperti manusia punk pada umumnya, sesungguhnya dia adalah manusia
cerdas. Ia pemberani, hal ini dapat dilihat dari keberaniannya memprotes sistem
kapitalisme yang menjajah manusia dengan caranya sendiri.
d. Setting
a. Tempat
1. Bandung
Hal ini
dapat dibuktikan dengan kutipan “Aku baru tiba di stasiun Bandung dengan
tujuan awal vihara Vipassana Graha di Desa Sukajaya, Lembang, yang kata orang
jauh sekali sampai mendekati Cimahi”.
2. Jakarta
Setelah Bandung, penulis menyuguhkan Ibu Kota sebagai latar. Disini penulis
hanya berfokus pada tokoh utama sebagai penyiar radio gelap, penganut punk,
dan orientator bagi anak-anak jalanan yang bermasalah.
3. Kota Medan dan Kota Surabaya
Penulis
telah menyuguhkan Kota Bandung dan Kota Jakarta, selanjutnya penulis
menyuguhkan Kota Medan dan Kota Surabaya. Di sini penulis hanya sekedar
menceritakan Kota Medan sebagai kota peralihan sebelum tokoh utama memualai
perjalan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan “Menyusupkan
saya ke rombongan pandita yang akan pergi ke Medan, membelikan tiket...”
(Lestari, 2012).
Guru Liong menyusupkan saya ke rombongan pendeta yang akan menuju Medan. Di
Medan, Bodhi bekerja sebagai pelayan di salah satu hotel.
Sedangkan untuk Kota Surabaya ini adalah tempat
dimana tokoh utama hidup. Dari pertama kali tokoh utama ditemukan didepan
vihara. Sampai tokoh utama berniat untuk meninggalkan vihara demi mencari
kesejatian hidupnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan “Saya belajar hampir segalanya di Vihara Pit Yong
Kiong, daerah Lawang, 60-an km dari Surabaya ke selatan”
4. Malaysia
Negara Malaysia adalah negara dimana tokoh utama mendapatkan bekal berupa
paspor palsu made in Ompung Berlin. Karena paspor inilah tokoh utama
dapat memulai perjalanan demi mencari kesejatian hidupnya. Hal ini dapat
dibuktikan dengan kutipan novel “Tidak pernah kukira, tiga hari setelah pertemuan pertamaku
dengan kakek sakti yang seram-seram imut itu, aku bisa naik kapal laut ke
Penang”.
5. Bangkok
Bangkok adalah kota pertama diperjalanan hidup si tokoh utama. Di sini
tokoh utama menjadi backpacker yang mempertemukannya dengan
backpacker lain. Di Bangkok inilah si tokoh utama mengalami masalah klimaks
yang hampir melunturkan kesuciannya sebagai umat Sang Budha. Di Bangkok pula si
tokoh utama bertemu dengan seorang backpacker yang mengajarinya seni
tatto.
6. Laos
Setelah penulis menceritakan masalah tokoh dengan latar Bangkok, penulis
kembali menghadirkan Laos sebagai latar tempat di novel Supernova Episode Akar.
Tokoh utama melawati berbagai rintangan dan koflik fisik dengan masyarakat
Laos. Bahkan tokoh utama hampir saja dibunuh oleh pasukan komunis Khmer Merah.
Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan ”Perjalanan ke Laos memang bagai mimpi, yang justru membuatku
tersadar, sudah terlalu lama aku di Bangkok”.
7. Golden Triangle
Penulis
kembali memberika latar tempat yang menakjubkan. Golden Triangle terdapat
hamparan kebun ganja yang sangat luas. Setiap harinya banyak orang-orang yang
memetik daun ganja. Tidak hanya orang asia saja, bahkan orang barat pun ikut
berkumpul di Golden Triangle. Di sini tokoh utama bertemu dengan teman lamanya
sesama backpacker. Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan “Dan,
sekarang kamu ada di Golden Triangle, so forget the rest of the globe”.
b. Waktu
1. Pagi
“Permisi, Mas Bodhi. Selamat pagi
[suaranya selip lagi]---Ehm!”. Saat sedang mandi di indekosnya, Bodhi ditagih
uang sewa yang menunggak selama 6 bulan.
2. Bulan Keenam
“Bulan keenam, dan selalu lolos. Tinggal gratis dari pertama
masuk”. Bodhi ditagih uang sewa indekosnya. Namun, sampai bulan keenam, Bodhi
belum juga membayar uang sewa.
3. Malam hari
“Baru tengah malam aku kembali ke
Srinthip. Semua kantong tidur sudah terisi. Kecuali punya Kell”.
4. Sore Hari
“Star meminta izin ke yang lain
untuk memakai kamar beberapa jam pada sore hari. Saat semua orang beraktivitas
dan ada di luar”.
c. Suasana
1. Menegangkan
“Penjelasanku
yang tidak mereka mengerti membuat suasana memanas dan seru-seruan kami yang
babur bertumpuk membuat keempat pria ini makin naik pitam. Sekelebat kulihat
seorang bersiap mengangkat senjata di depan perutnya. Terdengar suara kokangan.
Badanku kaku”. Saat tengah malam Bodhi ditawan oleh empat pria tentara komunis
Khmer Merah. Tentara komunis Khmer Merah menentang siapa saja yang bukan
golongan komunis. Berbatasan bahasa membuat Bodhi semakin terpojokkan, hingga
akhirnya Bodhi berbohong kalau dia adalah seorang komunis. Mendengar kata
komunis, empat pri tentara komunis Khmer Merah mempersilahkan Bodhi untuk
melewati daerah mereka dengan syarat Bodhi harus menyerahkan apa saja yang dia
punya kepada Khmer Merah.
2. Tenang
“Udara sejuk seketika menerpa kulit
begitu bus kami tiba di Vang Vieng. Sesampainya Bodhi di Vientiene, dia
memutuskan untuk menjadi turis. Kota pertama yang menjadi tujuannya adalah Vang
Vieng. Van Vieng merupakan surga bagi para turis. Di Van Vieng Bodhi lebih
banyak menghabiskan waktu luangnya untuk duduk membaca kitab, menyusun jadwal
wisata. Di sini Bodhi ingin benar-benar merasakan jadi turis.
3. Sunyi
“Hari-hariku yang bisu. Persis
ayam potong, aku hanya diberi makan dua kali sehari”. Semenjak kepergian bapak
tua yang menolong Bodhi dari tentara komunis Khmer Merah pergi. Dan Bodhi
disuruh menunggu sampai bapak tua itu kembali. Selama Bodhi menunggu di rumah
bapak tua itu, tidak ada percakapan apapun dengan istri dan anak dari bapak tua
itu. Hal itu disebabkan karena keterbatasan bahasa komunikasi.
4. Mengharukan
“He’s not dying,” desisku, “because
he can’t die. Not yet.” Kupejamkan mata beberapa saat. Kell, aku dapat
mendengarmu. Lebih jernih dari apapun. Kau membawanya dalam ranselmu. Tunggu
aku, tunggu aku (Lestari, 2012). Tetap di tempat yang telah meledak, Kell
sedang mengalami masa sekaratnya. Tapi Bodhi tetap meyakini bahwa Kell tidak
akan mati. Bodhi langsung meminta alat DC power unit 1 ampere kepada Khieu
Tang. Kemudian Bodhi menyambar tas merah anggur milih Kell. Dengan segera dia
mendekati Kell dan langsung menatto tubuh Kell.
e. Alur
Alur yang digunakan dalam novel Supernova Episode Akar
adalah alur campuran. Novel Supernova Episode Akar terdiri dari tiga bagian,
yaitu: “Keping 34”, “Keping 35”, dan “Keping 36”. Keping 34 menceritakan tokoh
Gio yang bertemu Chaska di Bolivia. Alur yang digunakan adalah alur maju.
Keping 35 dimulai dengan kisah Bodhi pada masa kini. Kemudian kisah dengan alur
mundur, yaitu Bodhi bercerita tentang pengalaman masa lalunya. Keping 35
pertama-tama menggunakan alur maju, kemudian alur mundur, selanjutnya alur
maju. Alur keping 35 merupakan alur yang sangat kompleks. Keping 36 menggunakan
alur maju.Berikut digambarkan alur novel Supernova Episode Akar.
f.
Sudut Pandang
Sudut
pandang yang ditentukan oleh pengarang dalam novel ini adalah orang pertama
pelaku utama. Dari tahap pengenalan masalah sampai tahap anti klimaks.
g.
Amanat
Pengarang
menyampaikan suatu amanat dalam novel Supernova Episode Akar. Amanat dalam
novel Supernova Episode Akar, yaitu carilah kesejatian hidup yang hakiki.
Jangan pernah gentar akan masalah yang dihadapi. Jika kita selalu berpegang
teguh pada keyakinan, kita akan selalu dilindungi Tuhan. Sama seperti tokoh
Bodhi. Demi mencari kesejatiannya, Bodhi bertekad untuk berpetualang. Dalam
perjalanannya untuk pencarian kesejatian, Bodhi tidak lepas dari berbagai
masalah. Dengan bantuan Tuhan, Bodhi dapat melewati semuanya.
h. Gaya Bahasa
Gaya penulisan novel dengan
mengunakan pencampuran bahasa antar negara menghasilkan kekhasan pada novel
tersebut. Supernova menggunakan beberapa bahasa seperti,
Indonesia, Inggris, dan beberapa bahasa negara lain serta bahasa daerah di
Indonesia. Novel dengan menggunakan pencampuran bahasa akan menambah keunikan
novel tersebut. Memang, pada novel ini masih didominasi oleh bahasa Indonesia,
akan tetapi penggunaan bahasa negara lain oleh tokohnya akan menambah
pengetahuan pembaca tentang bahasa negara lain.
B.
Unsur-Unsur Ekstrinsik Novel Supernova: Akar
a.Nilai
social : menguasai bahasa asing ,kesetikawanan yang tinggi antar sesame
Backpacker
b. Nilai
moral : menghargai perbedaan individu
2.7 PERISTIWA-PERISTIWA BAIK
DALAM BIDANG SASTRA MAUPUN DI LUAR SASTRA YANG MENGGAMBARKAN SASTRA PERIODE
90-AN
Adanya perdebatan yang terjadi pada angkatan 90-an yaitu diawali pada tahun 1994, tiga media cetak ditutup Pemerintah:
Tempo,Editor, dan Detik. Inilah yang merangsang insiatif untuk membangun
Komunitas Utan Kayu. Maka berdirilah Institut Studi Arus Informasi (1995) dan
Galeri Lontar (1996) di sebuah kompleks bekas rumah-toko di Jalan Utan Kayu
68-H Jakarta Timur. Menyusul kemudian, Teater Utan Kayu (1997).
Ketika
dulu banyak perdebatan antar individu, kini perdebatan itu tertuang dalam
sebuah komunitas-komunitas. Perdebatan itu sekarang milik Komunitas Utan Kayu (KUK)
atau lebih khusus kepada Teater Utan Kayu (TUK) dengan Komunitas Ode Kampung
(KOK).
TUK yang dihuni seniman
tenar (Nirwan Dewanto, Sitok Srengenge, Goenawan Mohamad, Ayu Utami, dan Eko
Endarmoko) menjadi pengendali sekaligus aset terpenting dalam keberadaan
komunitas ini. Mereka menghasilkan sebuah eksklusivitas tanpa merambah sastra
komunitas lain. Banyak karya sastra yang dihasilkan dari komunitas ini, dengan
gaya yang begitu bebas. Memakai gaya yang dulu dianggap begitu tabu, kini
dipergunakan dengan lantang dan santainya. Salah satu tokohnya, Ayu Utami, yang
terlihat dalam novel Saman dan Larung. Dalam novel ini Ayu menggunakan
kebebasan dalam bersastra hingga menggunakan bahasa yang vulgar. Goenawan
Mohamad menganggapnya sebagai suatu risiko dalam kesusastraan Indonesia
modern. Akibat yang harus ditanggung jika sastra kita ingin menuju pada tahap
modern.
Perdebatan antara KUK dengan
TUK-nya dan KOK dengan Boemipoetra-nya hanyalah sebagai perdebatan sastra
bocah. Perdebatan yang dikeluarkan bukan bersifat membangun, tidak seperti yang
dilakukan oleh tahun-tahun dulu. Ketika itu perdebatan pertama yang muncul
antara STA dan Armijn Pane adalah mencakup hal dasar, yaitu dasar budaya bangsa
kita: barat atau timur.
Pada majalah Recak dapat diketahui
bahwa letak perdebatan ini karena ketidaksenangan Saut Situmoranng melihat
Goenawan Mohamad memanfaatkan mitos baru tentang TUK yang mulai menggeser
keberadaan Horizon dan TIM untuk mendominasi dunia sastra Indonesia dalam
memenuhi ambisi ekstraliterer mereka. Hal tersebut dimulai dengan skandal
menangnya novel Saman di Sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta 1998. Setelah
itu penghargaan kepada Ayu Utami dari Prince Claus Award karena karyanya
dianggap meluaskan batas penulisan dalam masyarakat. Dalam Saman, Ayu Utami
tidak sungkan-sungkan membahas masalah seks. Tapi mungkin zamannya sudah
berubah, kini masalah seks sudah bukan merupakan hal yang tabu untuk
diungkapkan. Ironis, bahwa yang mengungkap secara detail dan sedikit jorok
dalam novel ini adalah justru seorang wanita yaitu Ayu Utami.
Sukses dengan novel pertamanya, Dee meluncurkan novel
keduanya, Supernova Dua
yang berjudul Akar pada 16 Oktober 2002. Novel
ini sempat mengundang kontroversial karena dianggap melecehkan umat Hindu. Umat
Hindu menolak dicantumkannya lambang Omkara/Aum yang merupakan aksara suci
Brahman Tuhan Yang Maha Esa dalam Hindu sebagai
cover dalam bukunya. Akhirnya desepakati bahwa lambang Omkara tidak akan
ditampilkan lagi pada edisi ke-2 dan seterusnya.
Sejarah pun menggambarkan, kesusastaran yang mengakui
seks(ualitas) menjadi
peristiwa kesusastaran yang memancing caci-puji
dari wilayah kesusastaran dalam
menjelmakan peristiwa kemasyarakatan yang
berbuntut pencekalan, penyensoran, dan
pemberangusan. Sejarah menawarkan bahwa
kesusastaran yang mengusung seks(ualitas) mengandung eksperimen dalam
konteks kesusastaran dan kemasyarakatan. Reaksi-reaksi itu menjadi bukti bahwa seks(ualitas) maish tabu dikalangan
sastra dan masyarakat moderen. Padahal peristiwa intim antartubuh
tampil rileks dan polos dalam kesusastaran Jawa tradisional tanpa penolakan dari masyarakatnya
dan dijunjung sebagai karya adiluhung (Gatoloco dan Centini, misalnya).
Alasan filosofis
tak ampuh didakwahkan untuk menginsafkan khalayak yang menuding karya sastra sebagai
pornografi dan juga musykil menuntut karya sastra dipandang melulu melalui kaca mata estetika.
Alasan-alasan itu merupakan cita-cita, idealisme, atau tekad kreativitas kesusastraan. Tabiat kreativitas kerap menolak
kemapanan nilai demi kebaruan yang radikal, sedangkan
masyarakat meneguhi tradisi, ajaran, dan tata nilai soal moral-kata selama berabad-abad. Akibatnya komunikasi kesusastraan
yang mengusung seks(ualitas) berubah menjadi
konfrontasi. Kesusastraan yang mengusung seks (ualitas) kerap dipandang
sebagai pembrontakan terhadap kemapanan dalam kesusastraan dan
kemasyarakatan. Pemberontakan itu merupakan isyarat aspiratif
kesusastraan yang tak ingin absen mengucapkan kenyataan seksualitas.
Walau tahu dihadang
ancaman tabu, cita-cita kesusastraan tak mundur atau takluk, sebab ekspresi
seks (ualitas) merupakan unsur kehidupan yang penting, mendasar,
dan berharga sebagaimana politik ataupun agama. Sementara itu
kesusastraan dipahami awam sebagai medium
penggali keluhuran, penebar nilai kearifan kolektif. Kesusastraan diharapkan
memenuhi kebutuhan manusia pada kebaikan dan
kebenaran. Sedangkan kesusastraan modern
cenderung menjadi medan eksperimen seni dan cara memandang kenyataan, bukan pelanggeng
keyakinan estetis atau pandangan tertentu. Kesusastraan modern tidak hanya menggambarkan
kanyataan yang indah dan arif, tapi juga kenyataan yang najis dan bejad. Akibatnya
kesusastraan modern kerap dicap sebagai oposisi atau alternatif bagi kemapanan tradisi, nilai, dan
pandangan masyarakat maupun aliran kesusastraan tertentu.
Sejarah aliran
kesusastraan merupakan interaksi atau pertarungan antara pandangan kesusastraan dengan
pandangan kemasyarakatan. Sejarah tumbuhnya aliran realisme yang menginginkan sosok
kenyataan yang apa adanya tak bisa lepas dari reaksi terhadap hegemoni aliran romantisisme
yang getol merekam kenyataan yang molek dan tata krama agung kaum borjuis.
Secara politis,
realisme mendukung cara pandang kaum proletar, dan romantisisme mewakili cara
pandang kaum borjuis. Kedua aliran itu berakar pada konsep yang berseberangan dalam
memandang kenyataan. Aliran-aliran itu bersaing untuk membentuk kenyataan sesuai
konsepnya masing-masing. Kesusastraan yang mengusung seks(ualitas)
menyimpan risiko-risiko yang mengakomodasi kesusastraan dan
kemasyarakatan berada dalam interaksi yang rawan. Sebab, kemapanan nilai kerap serupa lepra yang dihindari
kesusastraan yang haus pembauran dan penjelajahan
kreativitas. Dan bagi masyarakat, pemberontakan nilai dalam kesusastraan
dianggap bentuk kreativitas terkutuk yang
menyesatkan. Masyarakat ingin kemapanan nilai dan perlakuan
sastra tak bersepakat dengan itu. Maka kepenyairan acap dicitrakan sebagai dekaden, terkutuk,
bid’ah atau subversif karena dianggap mencemari nilai yang suci.
Kreativitas atau
pembaruan kesusastraan sering dicap sebagai pemberontakan oleh otoritas tradisi,
moral, politik, dan kekuasaan yang terusik egonya, dan keterusikan itu menjadi motif
pelanggaran, pencekalan, dan pemberangusan. Sejarah
kesusastraan menggambarkan bahwa kontroversi kesusastraan yang mengusung
seks(ualitas) menyelenggarakan pertarungan nilai yang melahirkan kekeraskepalaan dan
kekompromian, pujian, dan cacian, juga pemenang dan pecundang. Inilah makna yang
penting dan berharga dari
kesusastraan yang mengusung masalah seks(ualitas) alias perkelaminan: tak
sebatas urusan bagus-buruk sebagai teks, tapi juga pandangan bajik-bejad
dalam konteks masyarakat
Sekumpulan tulisan
yang menyerang sanjung-puji para kritikus terhadap para penulis perempuan Indonesia
mutakhir. Argumentasinya mantap. Dalam lima tahun terakhir ladang sastra kita ramai
oleh gunjingan telah terjadi krisis kritik sastra. Mutu kritik dituding tak
bisa mengimbangi
membanjirnya karya sastra sebagai objek kritik dengan tumbuhnya media massa dan
penerbitan. Pendeknya, kritik sastra kita, sebagai sebuah ranah sastra
tersendiri, sudah mati.
Ada yang menuding
krisis itu berpangkal karena adanya “politik sastra”. “Politik” itu berupa
kuatnya jaringan personal antara komunitas-komunitas sastra terkemuka (yang di
dalamnya ada kritikus terkemuka juga) dengan
para penulis. Penulis yang bisa masuk ke dalam
jaringan-jaringan kritikus arus utama itu akan mendapat tempat dalam ranah
sastra kita.
Aktivis sastra
cyber, Saut Situmorang, gencar menyuarakan tudingan dan asumsi ini. Bukan
tanpa kebetulan jika istrinya, Katrin Bandel, penulis buku Sastra Perempuan
Seks ini,juga punya asumsi yang sama. “Buku ini lahir dari rasa kecewa terhadap
permainan politik sastra semacam itu,”
tulis Katrin. Penulis asal Jerman ini menuding para kritikus dalam jaringan itu telah tidak adil dalam menilai sebuah
karya. Katrin menunjukkan pilih kasih para kritikus itu. Karya yang mendapat
tempat dan sanjung-puji itu secara kualitas, dalam penilaian
Katrin, ternyata biasa-biasa saja. Sementara itu, banyak karya lain yang punya
kualitas lebih terlewat dari gunjingan para kritikus di media massa hanya
karena dia tak punya kontak ke jaringan kritikus arus utama itu.
Dan sepanjang
delapan tahun ini, sastra kita (terutama novel dan cerita pendek) ramai oleh
tema seputar seks yang ditulis perempuan. Para kritikus arus utama menilai
hadirnya perempuan mengangkat dan
membongkar seks dari kotak tabu selama ini sebagai bentuk pemberontakan perempuan terhadap budaya patriarki—sebuah
budaya yang makin kentara dalam gunjingan yang riuh itu bahwa
perempuan memang baru dihargai karena dia perempuan. Sebab, belum pernah terdengar ada penulis
laki-laki dipuji karena dia terlahir sebagai laki-laki. Inilah fokus yang
mengambil sebagian besar sorotan Katrin terhadap karya sastra kita
dewasa ini. Dia, misalnya, menyoroti dua novel Ayu Utami, Saman dan Larung,
yang dianggap “novel terbaik sependek sejarah sastra Indonesia modern”.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN
Pada akhir bab ini kami
pemakalah menarik kesimpulan bahwa salah satu pelopor pada angkatan 90 ini Ayu
Utami dengan karyanya “Saman”. Karya-karya populer yang berkembang menunjukan
adanya peningkatan kemajuan sastra dari massa pembacanya.
Sebetulnya angkatan 90 ini masih diragukan apakah ini merupakan angkatan atau
bukan, kerena menurut kami angkatan 90 banyak berbau dengan angkatan 2000 atau
angkatan reformasi. Seperti pada angkatan-angkatan sebelumnya bahwasanya
angkatan 90 ini pun penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran dengan sastrawan
wanita yang menonjol.
Selain itu, Pada masa itu ilmu sastra Indonesia tampak semakin mapan,
penelitian makin merak dimana-mana, dan penerbitan pun terbilang berlimpah
ruah. Karya-karya yang sulit terbit pada masa sebelumnya ternyata pada angkatan
ini dapat diterbitkan tanpa ketakutan apapun.
DAFTAR PUSTAKA
Adicahya, Yusa. (2017, 3 April). Makalah Sejarah Sastra Angkatan 90an.
Diakses di: http://cigemblongindah.blogspot.com/2017/04/makalah-sejarah-sastra-angkatan-90an.html
Maharanni. (2016, 8 November). Unsur Ekstrinsik Novel Saman Karya
Ayu Utami. Diakses di: https://maharanniazwar.wordpress.com/2016/11/08/unsur-ekstrinsik-novel-saman-karya-ayu-utami/
Maulana, Zulkifli Eka. (2017, 11 Juni). Kuis Novel “Supernova: Akar” SMAN
41 Thn 2017. Diakses di: http://kuisbisman41.blogspot.com/2017/06/kuis-novel-supernova-akar-sman-41-thn.html
Sarajivo, Almadinda Yiolita. (2013, 11 Maret). Isi KTI Analisis Unsur
Instrinsik Novel Supernova Episode Akar Karya Dewi Lestari. Diakses di http://dindasrjv.blogspot.com/2013/03/1st-kti-analisis-unsur-intrinsik-novel.html
Yulinshine. (2015, 3 Desember). Analisis
Novel “Saman” Karya Ayu Utami. Diakses di: https://yulinshine.wordpress.com/2015/12/03/analisis-novel-saman-karya-ayu-utami-2/
Arif. (2010, 5 Desember). Periode Angkatan 2000 (1990-2000). Diakses di http://arifrohmansocialworker.blogspot.com/2010/12/periode-angkatan-2000-1990-2000.html