Perkembangan transportasi di Indonesia tidak
dapat dilepaskan dari perubahan-perubahan besar dalam teknologi transportasi
dunia. Pengaruh teknologi dalam bidang transportasi di Indonesia di bawa oleh
pemerintah kolonial Belanda dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat
proses pengawasan terhadap daerah-daerah yang jauh dari pusat kegiatan
pemerintahan. Penemuan-penemuan sarana transportasi dikembangkan di Barat,
dalam perkembangannya mulai diperkenalkan dan di bawa ke wilayah-wilayah koloni
oleh kaum penjajah.
Seperti
pembangunan jalan raya yang telah dirintis sejak zaman Gubernur Jenderal
Daendels ketika berkuasa di Indonesia. Daendels membangun jalan raya pos
sepanjang 1.000 km dari Anyer (Banten sampai Panarukan (Jawa Timur).
Penemuan
mobil oleh Gottlieb Daimier pada tahun 1887 merupakan temuan teknologi
transportasi darat yang telah mengubah sejarah transportasi dunia. Di
Indonesia, mobil pada awalnya dibawa masuk oleh orang-orang Eropa pada awal
abad ke-20. Kepemilikan pun lebih banyak dikuasai oleh orang-orang kaya Eropa
dan terbatas di kalangan orang pribumi.
Pembangunan jalan raya dilakukan untuk
membuka daerah-daerah yang terisolasi untuk menghubungkan pusat-pusat industri
yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Jalan raya yang dibangun pemerintah
sampai tahun 1988 mencapai sepanjang 42.982 km.
Selama tahun 1940-an difokuskan
membangun jalan raya di daerah-daerah pusat produksi dan jalan raya yang
menghubungkan daerah-daerah tempat pemasaran hasil industri. Pada tahun
1993/1994 di Irian Jaya dibangun jalan raya sepanjang 152 km, dari Sulawesi
sepanjang 46 km, di Kalimantan sepanjang 248 km, dan di Maluku sepanjang 23 km.
Selain pembangunan jalan raya, juga dibangun jembatan-jembatan, seperti
jembatan Membrano di Irian Jaya dan jembatan Barito di Kalimantan.
Selain pembangunan jalan raya, masalah
transportasi darat yang tidak kalah pentingnya adalah perkembangan
perkeretaapian. Jalur kereta api pertama di Indonesia dibangun pada masa
Gubernur Jenderal Mr. L.A.J. Baron Sloet van den Beele.
Perkembangan jalur kereta api Indonesia
zaman penjajahan
Jalur
tersebut menghubungkan desa Kemijen dengan desa Tanggung (Semarang, Jawa
Tengah) sepanjang 25 km yang dibangun pada tanggal 17 Juni 1864. Pembangunan
jalur kereta api ini merupakan prakarsa dari perusahaan kereta api Hindia
Belanda,
Naamlooze Venootschaap Nederlandsch
Indische Spoorweg Maatschappij (NV NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P. de Bardes.
Sarana transportasi ini telah berkembang
sejak masa kolonial Belanda, yaitu dengan dibangunnya jaringan kereta api di
beberapa daerah di Indonesia. Pembangunan jalur kereta api juga dibangun di
luar Pulau Jawa, yaitu sebagai berikut :
1. Di Sulawesi, pada tahun 1992 dibangun
jalur kereta api sepanjang 47 kilometer yang menghubungkan Makassar dengan
Takalar yang mulai dioperasikan pada tanggal 1 Juli 1923.
2. Di Sumatra, pembangunan jalur kereta
api dilakukan di Sumatra Selatan tahun 1914, Sumatra Barat tahun 1891, Sumatra
Utara tahun 1886 dan Aceh tahun 1874.
Pembangunan jalur kereta api pada masa Pendudukan Jepang dilakukan
antara Bayah-Cikara (Banten) sepanjang 83 kilometer, kemudian membangun jalur
Muaro-Pekanbaru sepanjang 22 km. Pembangunan jalur kereta api ini menggunakan
tenaga romusa (kerja paksa) yang banyak menelan korban jiwa
Setelah Indonesia merdeka pada tanggal
17 Agustus 1945, karyawan kereta api yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta
Api (AMKA) mengambil alih perusahaan perkeretaapian dari pihak Jepang pada
tanggal 28 September 1945. Peristiwa tersebut kemudian diperingati sebagai Hari
Kereta Api Indonesia. Pada peristiwa tersebut ditandai dengan pembentukan
Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKRI).
Nama perusahaan kereta api Indonesia
telah berubah berkali-kali, dari Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA tanggal 25
Mei 1963), Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA, tanggal 15 September 1971),
Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka, tanggal 2 Januari 1991), PT (Persero)
Kereta Api Indonesia (PT KAI, tanggal 1 Juni 1999).
Sarana transportasi darat ini paling
banyak diminati karena relatif murah, cepat dan mudah dijangkau. Berikut ini
adalah upaya-upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan sarana
transportasi darat.
1.
Pemeliharaan rehabilitasi jalan raya yang sudah ada.
2.
Membangun jalan tol dan jalan layang, ringroad.
3.
Pembangunan jalan kereta api.
4.
Rehabilitasi infrastruktur dan penyediaan tambahan perlengkapan operasional
jalan kereta api.
5. Pengadaan kereta
api lebih modern, seperti Argo Bromo dan Argo Gede