A. LATAR BELAKANG
BERDIRINYA KERAJAAN
Pada awalnya
kawasan Banten juga dikenal dengan Banten Girang merupakan bagian dari Kerajaan
Sunda. Kedatangan pasukan Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin
ke kawasan tersebut selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran
dakwah Islam. Kemudian dipicu oleh adanya kerjasama Sunda-Portugal dalam bidang
ekonomi dan politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan
Demak selepas kekalahan mereka mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas
perintah Trenggana, bersama dengan Fatahillah melakukan penyerangan dan
penaklukkan Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527, yang waktu itu masih merupakan
pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda.
Seiring dengan
kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya Trenggana,Banten yang sebelumnya
vazal dari Kerajaan Demak, mulai melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang
mandiri. Maulana Yusuf anak dari Maulana Hasanuddin, naik tahta pada tahun 1570 melanjutkan ekspansi Banten ke kawasan
pedalaman Sunda dengan menaklukkan Pakuan Pajajaran tahun 1579. Kemudian ia
digantikan anaknya Maulana Muhammad, yang mencoba menguasai Palembang tahun
1596 sebagai bagian dari usaha Banten dalam mempersempit gerakan Portugal di
nusantara, namun gagal karena ia meninggal dalam penaklukkan tersebut.
B. KEHIDUPAN
POLITIK KERAJAAN BANTEN
Pada awal
berkembangnya masyarakat pantai Banten, Banten merupakan daerah kekuasaan
Kerajaan Pajajaran. Namun pada tahun 1524 wilayah Banten berhasil dikuasai oleh
Kerajaan Demak di bawah pimpinan Syarif Hidayatullah. Pada waktu Demak terjadi
perebutan kekuasaan, Banten melepaskan diri dan tumbuh menjadi kerajaan besar.
Setelah itu,
kekuasaan Banten diserahkan kepada Sultan Hasanudin, putra Syarif Hidayatullah.
Sultan Hasanudin dianggap sebagai peletak dasar Kerajaan Banten. Banten semakin
maju di bawah pemerintahan Sultan Hasanudin karena didukung oleh faktor-faktor
berikut ini:
1. Letak
Banten yang strategis terutama setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis, Banten
menjadi bandar utama karena dilalui jalur perdagangan laut.
2. Banten
menghasilkan rempah-rempah lada yang menjadi perdagangan utama bangsa Eropa
menuju Asia.
Kerajaan
Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
Hal-hal yang dilakukan oleh Sultan Ageng Tirtayasa terhadap kemajuan Kerajaan
Banten adalah sebagai berikut:
1)
Memajukan wilayah perdagangan. Wilayah
perdagangan Banten berkembang sampai ke bagian selatan Pulau Sumatera dan
sebagian wilayah Pulau Kalimantan.
2)
Banten dijadikan sebagai tempat perdagangan internasional
yang mempertemukan pedagang lokal dengan para pedagang asing dari Eropa.
3)
Memajukan pendidikan dan kebudayaan Islam
sehingga banyak murid yang belajar agama Islam ke Banten.
4)
Melakukan modernisasi bangunan keraton dengan
bantuan arsitektur Lucas Cardeel. Sejumlah situs bersejarah peninggalan
Kerajaan Banten dapat kita saksikan hingga sekarang di wilayah Pantai Teluk
Banten.
5)
Membangun armada laut untuk melindungi
perdagangan. Kekuatan ekonomi Banten didukung oleh pasukan tempur laut untuk
menghadapi serangan dari kerajaan lain di Nusantara dan serangan pasukan asing
dari Eropa.
Sultan Ageng
Tirtayasa merupakan salah satu raja yang gigih menentang pendudukan VOC di
Indonesia. Kekuatan politik dan angkatan perang Banten maju pesat di bawah
kepemimpinannya. Namun akhirnya VOC menjalankan politik adu domba antara Sultan
Ageng dan putranya, Sultan Haji. Berkat politik adu domba tersebut Sultan Ageng
Tirtayasa kemudian berhasil ditangkap dan dipenjarakan di Batavia hingga wafat
pada tahun 1629 Masehi.
Berikut ini daftar penguasa Kesultanan Banten menurut
catatan sejarah Wikipedia:
1. Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin memerintah
pada tahun 1552 – 1570
2. Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan memerintah pada
tahun 1570 – 1585
3. Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana memerintah pada
tahun 1585 – 1596
4. Sultan Abu al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir atau Pangeran
Ratu memerintah pada tahun 1596 –
1647
5. Sultan Abu al-Ma’ali
Ahmad memerintah pada tahun 1647 –
1651
6. Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul
Fattah memerintah pada tahun 1651-1682
7. Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar memerintah
pada tahun 1683 – 1687
8. Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya memerintah pada tahun
1687 – 1690
9. Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin memerintah
pada tahun 1690 – 1733
10. Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin
memerintah pada tahun 1733 –
1747
11. Ratu Syarifah Fatimah memerintah pada tahun 1747 – 1750
12. Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri memerintah pada
tahun 1753 – 1773
13. Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin memerintah pada
tahun 1773 – 1799
14. Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin
memerintah pada tahun 1799 –
1803
15. Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin
memerintah pada tahun 1803 –
1808
16. Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin
memerintah pada tahun 1809 –
1813
C. KEHIDUPAN
SOSIAL KESULTANAN BANTEN
Kerajaan
Banten merupakan salah satu kerajaan Islam di Pulau Jawa selain Kerajaan Demak,
Kasepuhan Cirebon, Giri Kedaton, dan Mataram Islam. Kehidupan sosial rakyat
Banten berlandaskan ajaran-ajaran yang berlaku dalam agama Islam. Pada masa
pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, kehidupan sosial masyarakat Banten semakin
meningkat dengan pesat karena sultan memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.
Usaha yang ditempuh oleh Sultan Ageng Tirtayasa adalah menerapkan sistem
perdagangan bebas dan mengusir VOC dari Batavia.
Menurut
catatan sejarah Banten, Sultan Banten termasuk keturunan Nabi Muhammad SAW
sehingga agama Islam benar-benar menjadi pedoman hidup rakyat. Meskipun agama
Islam mempengaruhi sebagian besar kehidupan Kesultanan Banten, namun penduduk
Banten telah menjalankan praktek toleransi terhadap keberadaan pemeluk agama
lain. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya sebuah klenteng di pelabuhan Banten
pada tahun 1673.
D. KEHIDUPAN
BUDAYA KESULTANAN BANTEN
Masyarakat
yang berada pada wilayah Kesultanan Banten terdiri dari beragam etnis yang ada
di Nusantara, antara lain: Sunda, Jawa, Melayu, Bugis, Makassar, dan Bali.
Beragam suku tersebut memberi pengaruh terhadap perkembangan budaya di Banten
dengan tetap berdasarkan aturan agama Islam. Pengaruh budaya Asia lain
didapatkan dari migrasi penduduk Cina akibat perang Fujian tahun 1676, serta
keberadaan pedagang India dan Arab yang berinteraksi dengan masyarakat
setempat.
Dalam bidang
seni bangunan Banten meninggalkan seni bangunan Masjid Agung Banten yang
dibangun pada abad ke-16. Selain itu, Kerajaan Banten memiliki bangunan istana
dan bangunan gapura pada Istana Kaibon yang dibangun oleh Jan Lucas Cardeel,
seorang Belanda yang telah memeluk agama Islam. Sejumlah peninggalan bersejarah
di Banten saat ini dikembangkan menjadi tempat wisata sejarah yang banyak
menarik kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri.