Cari Blog Ini

Sabtu, 14 Oktober 2017

PERJUANGAN MENGHADAPI DISINTEGRASI BANGSA (1948-1965)



KONLIK DAN PEMBERONTAKAN YANG BERKAITAN DENGAN KEPENTINGAN
A.    Pemberontakan APRA
Aymond Westerling pada tahun 1949. APRA adalah milisi bersenjata yang anggotanya terutama berasal dari Belanda (KNIL) yang tidak setuju dengan pembentukan Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) di Jawa Barat, yang saat itu masih berbentuk negara bagian Pasundan. Basis pasukan APRIS di Jawa Barat adalah Divisi siliwangi. aPRA ingin agar keberadaan negara Pasundan dipertahankan sekaligus menjadikan mereka sebagai tentara negara federaldi Jawa Barat. Karena itu pada Januari 1950 Westerling mengultimatum pemerintah RIS. Ultimatum tersebut dijawab perdana mentri hatta dengan memerintahkan penangkapan terhadap westerling.
APRA malah bergerak menyerbu Kota Bandung secara mendadak dan melakukan tindakan teror. Puluhan anggota APRIS gugur. Diketahui pula kemudian kalau APRA bermaksud menyerang Jakarta dan ingin membunuh diantaranya Menteri Pertahanan Hamengkubuwono IX dan Kepala APRIS Kolonel T. B. Simatupang. Namun semua itu akhirnya dapat digagalkan oleh pemerintah. Westerling kemudian melarikan diri ke Belanda.

B.     Peristiwa Andi Aziz
Peristiwa Andi Aziz berawal dari tuntutan Kapten Andi Aziz dan pasukannya yang berasal dari KNIL (pasukan Belanda di Indonesia) terhadap pemerintah Indonesia agar hanya mereka yang dijadikan pasukan APRIS di Negara Indonesia Timur. Ketika akhirnya tentara Indonesia didatangkan ke Sulawesi Selatan dengan tujuan memelihara keamanan, hal ini menyulut ketidakpuasan kalangan pasukan Andi Aziz. Ada kekhawatiran dari kalangan tentara KNIL bahwa mereka akan `diperlakukan secara diskriminatif oleh pimpinan APRIS/TNI.
Pasukan KNIL di bawah pasukan Andi aziz ini kemudian bereaksi dengan menduduki beberapa tempat penting, bahkan menawan panglima Teritorium Indonesia Timur, pemerintahpun bertindak tegas dengan mengirimkan pemerintahpun mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Alex kawilarang.
April 1950, pemerintah memerintah Andi Aziz agar melapor ke Jakarta akibat peristiwa tersebut, dan menarik pasukan-pasukannyan dari tempat yang telah diduduki, menyerahkan senjata, serta membebaskan tawanan yang telah mereka tangkap. Jangka waktu melapor adalah 4 x 24 jam. Namun, Andi Aziz telat melapor, sehigga ia segera ditangkapdi Jakarta setidanya ia di sana dari Makasar. Ia juga mengakui bahwa aksi yang telah dilakukannya berawal dari rasa tidakpuas terhadap APRIS. Pasukannya yang memberontak akhirnya berhasil ditumpas oleh tentara Indonesia di bawah pimpinan Kolonel Kawilarang.

C.     Pemberontakan Republik maluku selatan (RMS)
Pemberontakan RMS dilakukan dengan tujuan memisahkan diri dari Republik Indonesia dan menggantinya dengan negara sendiri. Diproklamasikan oleh mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur, Dr. Ch. R. S. Soumokil pada April 1950, RMS didukung oleh mantan pasukan KNIL.
Upaya penyelesaian secara damai awalnya dilakukan oleh pemerintah Indonesia, yang mengutus Dr. Leimena untuk berunding. Namun upaya ini mengalami kegagalan. Pemerintahpun langsung mengambil tindakan tegas, dengan melakukan operasi militer di bawah pimpinan Kolonel kawilarang.
Kelebihan pasukan KNIL RMS adalah mereka memiliki kualifikasi sebagai pasukan komando. Konsentrasi kekuatan mereka berada di pulau Ambon dengan medan pembentangan alam yang kokoh. Bekas benteng pertahanan Jepang juga dimanfaatkan oleh pasukan RMS. Oleh karena medan yang berat ini, semasa perebutan Pulau Ambonoleh TNI, terjadi pertempuran frontaldan dahsyat dengan saling bertahan dan menyerang. Meski kota Ambon merupakan ibukota RMS berhasil direbut dan pemberontakan ini akhirnya ditumpas, namun TNI kehilangan Komandan Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Letnan Kolonel Soediarto yang gugur tertembak. Soumokil sendiri awalnya berhasil melarikan diri ke Pulau Seram, namun ia akhirnya ditangkap tahun 1963 dan dijatuhi hukuman  mati.