Cari Blog Ini

Minggu, 02 Agustus 2020

SEMANTIK BAHASA INDONESIA: RELASI MAKNA



Relasi makna terdiri dari: 
a.       Sinonim
Sinonim berasal dari bahasa Yunani yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain untuk benda atau hal yang sama. Sementara menurut Verhaar secar semanatis sinonim berarti relasi bentuk dan makna yang dinyatakan oleh adanya kesepadanan atau kemiripan makna antarkata, frasa, atau kalimat. Kata-kata yang bersinonim tidak mungkin dipertukarkan begitu saja. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor berikt:
Ø  Faktor waktu
Contoh: hulubalang dan komandan memiliki makna yang hampir sama, hulubalang digunakan pada masa lampau, sedangkan komandan digunakan masa kini.
Ø  Faktor tempat atu daerah
Contoh: bini dan bojo memiliki makna seorang istri. Bini digunakan di daerah melayu, bojo digunakan di daerah Jawa Tengah.
Ø  Faktor sosial
Contoh: Tuan dan saudar. Tuan digunakan untuk orang yang dianggap memiliki tingkat kelas sosial tinggi, sedangkan saudara untuk orang biasa.
Ø  Faktor bidang kegiatan
Contoh: untuk menyebut “pendekatan” dalam bidang agama disebut ta’aruf, sedangkan di kalangan remaja disebut pacaran.
Ø  Faktor nuansa makna
Contoh: mati dengan wafat memiliki nuansa makna yang berbeda.
Selain pada kata sinonim juga dapat terjadi pada satuan-satuan bahasa yang lain, yaitu:
a)      Antara morfem bebas dengan morfem terikat, misalnya saya dengan -ku, dia dengan –nya seperti dalam kalimat:
Bukuku tertinggal di meja.  => Buku saya tertinggal di meja.
Saya menjenguk dia di rumah sakit.       => Saya menjenguknya di rumah sakit.
b)      Antara kata dengan kata, misalnya cantik dengan bagus, pintar dengan cerdas, pelan dengan lambat, dan sebagainya.
c)      Antara kata dengan frasa atau sebaliknya, misalnya iduladha dengan lebaran haji, pergi dengan angkat kaki, anak dengan buah hati, dan sebagainya.
d)       Antara frasa dengan frasa, misalnya menuntut ilmu dengan menimba ilmu, pulang pergi dengan hilir mudik, meninggal dunia dengan berpulang ke rahmatullah.
e)      Antara kalimat dengan kalimat, misalnya “Ibu menanam bunga.” dengan “Bunga ditanam ibu.”, dan sebagainya.

b.      Antonim
Antonim berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu onoma yang berarti nama dan anti yang berartinmelawan. Maka secara harfiah antonim berarti nama lain untuk benda lain pula. Secara semantik, Verhaar mengartikan sebagai ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula berupa frasa atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Chaer menyebut antonim sebagai oposisi. Dilihat dari hubungannya, antonim/oposisi dapat dibedakan menjadi:
a)      Antonim bersifat mutlak
Yaitu antonim yang maknanya bertentangan secara mutlak, misalnya perempuan dengan laki-laki, dunia dengan akhirat, makan dengan minum.
b)      Antonim bersifat relatif/bergradasi/kutub
Yaitu makna yang pertentangannya tidak bersifat mutlak, melainkan bersifat gradasi. Artinya terdapat tingkatan-tingkatan makna dalam kata tersebut. Misalnya, tinggi dan pendek, gemuk dan kurus, cepat dan lambat.
c)      Antonim hubungan/relasional
Yaitu makna kata-kata yang beroposisi hubungan (relasional) yang bersifat saling melengkapi. Misalnya guru dan siswa, anak dan orang tua, penjual dan pembeli.
d)     Antonim Hierarkial
Yaitu makna kata-kata yang menunjukkan suatu deret atau jenjang. Misalnya meter dan kilometer, gram dan kilogram, liter dengan mililiter.
e)      Antonim bersifat majemuk
Yaitu kata yang berantonim dengan lebih dari satu kata. Misalnya, berlari dengan berjalan, merangkak; 

c.       Polisemi
Secara semantis polisemi berarti relasi bentuk dan makna yang dinyatakan oleh adanya kata tau frasa yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh kata kepala yang memiliki makna:
1)      Bagian tubuh, berkembang menjadi kata-kata seperti kepala ayam, kepala sapi, kepala kucing.
2)      Berfungsi memimpin, berkembang menjadi kata-kata seperti kepala rumah tangga, kepala sekolah, kepala negara.
3)      Bagian sesuatu yang berbentuk bulat, berkembang menjadi kata-kata seperti kepala kore.
4)      Terletak di atas, berkembang menjadi kepala surat.
5)      Bagian paling penting, berkembang menjadi kepala kereta.

d.      Homonimi,
Homonimi berasal dari bahasa Yunani onoma yang berarti nama dan homo yang berarti sama. Maka secara harfiah homonimi berarti nama sama untuk benda tau hal yang lain. Secara semantis meurut Verhaar, homonimi berarti  ungkapan (kata, frasa, atau kalimat) yang bentuknya sama denga ungkapan lain tetapi maknanya berbeda. Homonimi terjadi karena dua hal yaitu:
1)      Terjadi karena kebetulan. Maksudnya adalah kata-kata yang memiliki bentuk yang sama namun berasal dari bahasa yang berbeda dan ketika kata yang berasal dari bahasa selain bahasa Indonesia diserap ke dalam bahasa Indonesia kebetulan menyerupai kata dalam bahasa Indonesia ataupun lainnya. Contohnya bisa dari bahasa Melayu yang berarti racun ular dan bisa dari bahasa jawa yang berarti dapat.
2)      Terjadi karena proses gramatikal.
Contoh:    Meng- + ukur   => mengukur ( menghitung)
                 Meng- + kukur => mengukur (memarut)

e.       Hiponimi

Hiponimi berasal dari bahasa Yunani yaitu onoma yang berarti nama dan hypo yang berarti di bawah. Secara harfiah, hiponimi berarti nama yang termasuk di bawah nama lain. Secara semantik berarti relasi bentuk yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatau ungkapan lain. Contoh tongkol adalah jenis dari ikan.



f.       Ambiguitas
Ambiguitas atau ketaksaan sering diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti. Jika polisemi makna ganda berasal dari kata, sedangkan ambiguitas berasal dari satuan gramtikal yang lebih luas yautu frasa atau kalimat dan terjadi sebagai akibat dari penafsiran struktur gramatikal yang berbeda. Contoh: Buku sejarah baru. Dapat diartikan sebagai buku sejarah yang baru atau buku tentang sejarah baru.  

g.      Redundansi
Redundansi sering diartikan sebagai berlebih-lebihan pemakaian unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Contoh Bunga ditanam ibu. Bunga cantik ditanam ibu.