Cari Blog Ini

Senin, 13 Juli 2020

JENIS-JENIS SEMANTIK

Menurut Abdul Chaer (2013:6) semantik dibedakan berdasarkan tataran atau bagian dari bahasa yang menjadi objek penyelidikannya. 
Berdasarkan hal tersebut semantik dibagi menjadi:
a.       Semantik leksikal
Semantik leksikal merupakan semantik yang objek penyelidikannya adalah leksikon. Dalam semantik leksikal ini diselidiki makna yang ada pada leksem-leksem dari bahasa tersebut. Oleh karena itu makna yang ada pada leksem-leksem itu disebut makna leksikal. Leksem adalah istilah yang lazim digunakan dalam studi semantik untuk menyebut satuan bahasa bermakna. Contoh: semantik yang mempelajari makna dari leksem sebuah kata seperti harimau, minum, tidur, dan sebagainya.
b.      Semantik gramatikal
Semantik gramatikal adalah semantik yang objek studinya adalah makna-makna gramatikal dari tataran tata bahasa. Tataran tata bahasa atau gramatika dibagi menjadi dua subtataran yaitu morfologi dan sintaksis. Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari struktur intern kata serta proses-proses pembentukannya. Sedangkan sintaksis adalah studi mengenai hubungan kata dengan kata dalam membentuk satuan yang lebih besar yaitu frasa, klausa, dan kalimat. Semantik gramatikal dapat diartikan juga sebagai semantik yang maknanya mengalami perubahan karena proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Ciri utama semantik gramatikal yaitumakna gramatikal dapat dibuat paradigma. Paradigma itu sendiri adalah deret kata yang memiliki ciri bentuk, ciri makna, dan atau valensi yang sama. Contoh:
a.       Afiksasi
ber- + baju => berbaju
Ciri Bentuk
(ber- + D)
Ciri Makna
(memakai D)
Berbaju
Memakai baju
Bercelana
Memakai celana
bersepatu
Memakai sepatu

b.      Reduplikasi
buku => buku-buku
Ciri Bentuk
(R + D)
Ciri Makna
(banyak D dan bervariasi)
buku-buku
Banyak buku dan bervariasi
pensil-pensil
Banyak pensil dan bervariasi
bunga-bunga
Banyak bunga dan bervariasi

c.       Komposisi
bubur + ayam => bubur ayam
Ciri Bentuk
(D + D)
Ciri Makna
(Asal bahan)
Bubur ayam
Bubur yang asal bahannya dari ayam
Sate kambing
Sate yang asal bahannya dari kambing
Kerupuk kulit
Kerupuk yang asal bahannya dari kulit

Pada tataran fonetik yaitu ilmu yang mempelajari bunyi (fon) tanpa memperhatikan fungsi bunyi itu sebagai pembeda makna, tidak terdapat semantik karena fon yang menjadi satuan dari fonetik tidak memiliki makna. Di sini tidak terdapat objek studi maka tentu saja tidak ada ilmunya.
Pada tataran fonologi (fonemik) juga tidak ada semantik walaupun fonem yang menjadi satuan dalam studi fonologi mempunyai fungsi membedakan makna, namun fonem itu sendiri tidakmemiliki makna

Menurut Verhaar semantik dibedakan menjadi:
a.     Semantik Kalimat
Semantik kalimat merupakan semantik yang yang membicarakan hal-hal topikalisasi kalimat bukan masalah ketatabahasaan. Contoh: Buah apel merupakan salah satu buah yang banyak mengandung vitamin. Topik dari kalimat tersebut adalah buah apel.
b.    Semantik Maksud
Semantik maksud adalah semantik yang berkenan dengan pemakaian bentuk-bentuk gaya bahasa seperti metafora, ironi, litotes, dan sebagainya.
Contoh: Seorang guru merasa kepanasan saat mengajar di kelas, kemudian ia mengatakan “Panas sekai ya?”. Tentu saja yang dimaksud bukan menanyakan cuaca pada siswanya melainkan meminta agar siswanya menyalakan kipas angin atau AC.
 
Ada juga yang membagi jenis-jenis semantik menjadi sebagai berikut:

1. Semantik Behavioris

Semantik behavioris menyatakan bahwa makna berada dalam rentangan antara stimulus dan respon, antara rangsangan dan jawaban. Makna ditentukan oleh situasi yang berarti ditentukan oleh lingkungan. Karena itu, makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat diamati yang berada dalam lingkungan pengalaman manusia. Contoh: seorang ibu yang menyuapkan makanan pada si bayi.

2. Semantik Deskriptif

Semantik deskriptif adalah kajian semantik yang khusus memperlihatkan makna yang sekarang berlaku. Makna kata ketika kata itu untuk pertama kali muncul. Tidak diperhatikan. Misalnya dalam bahasa Indonesia ada kata juara yaitu ornag yang mendapat peringkat teratasa dalam pertandingan tanpa memperhatikan makna sebelumnya yaitu pengatur atau pelerai dalam persabungan ayam. Jadi, Semantik deskriptif hanya memperhatikan makna sekarang.

3. Semantik Generatif

Teori semantik generatif muncul tahun 1968 karena ketidak puasan linguis terhadap pendapat Chomsky. Menurut pendapat mereka struktur semantik dan struktur sintaksis bersifat homogen. Struktur dalam tidak sama dengan struktur semantik.
Untuk menghubungkannya digambarkan dengan satu kaidah, yaitu transformasi. Teori ini tiba pada kesimpulan bahwa tata bahasa terdiri dari struktur dalam yang berisi tidak lain dari struktur semantik dan struktur luar yang merupakan perwujudan ujaran kedua struktur ini dihubungkan dengan suatu proses yang disebut transformasi.

4. Semantik Historis

Semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam rangkaian waktu. Studi semantik historis ini menekankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan perubahan bentuk kata. Perubahan bentuk kata lebih banyak dikaji dalam linguistik hoistoris. Misalnya dalam bahasa Indonesi terdapat kata padi dan dalam bahasa jawa terdapat kata pari. Fonem/ d/ dan/ r/ berkorespondensi.

5. Semantik Logika

Sematik logika adalah cabang logika modern yang berkaitan dengan konsep-konsep dan notasi simbolik dalam analisis bahasa semantik logika mengkaji sistem makna yang dilihat dari logika seperti yang berlaku dalam matematika yang mangacu kepada kata pengkajian makna atau penafsiran ajaran, terutama yang dibentuk dalam sistem logika yang oleh Carnap disebut semantik.
Dalam semantik logika dibahas makna proprsi yang dibedakan dengan kalimat, sebab kalimat yang berbeda dalam bahasa yang sama dapat aja diujarkan dalam proporsi yang sama. Sebaliknya, sebuah kalimat dapat diujarkan dalam dua atau lebih proporsi. Proporsi boleh benar boleh salah, dan lambang disebut sebagai variabel proporsional dalam semantik logika.

6. Semantik Struktural

Semantik struktural bermula dari pandangan linguis struktural yang dipelopori oleh Saussure. Penganut strukturalisme berpendapat bahwa setiap bahasa adalah sebuah sistem, sebuah hubungan struktur yang unik yang terdiri dari satuan-satuan yang disebut struktur. Struktur itu terjelma dalam unsure berupa fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana yang membaginya menjadi kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan wacana.