Cari Blog Ini

Minggu, 10 Februari 2019

Metode dan Penilaian Berbicara



1.       Metode Berbicara
Berbicara tentang suatu cara yang digunakan dalam pelaksanaannya menggunakan metode, untuk memperlancar proses berbicara. Dalam kegiatan berbicara ini dikenalkan 4 metode berbica, keempat metode tersebut diantaranya :
1) Metode serta merta,
2) Metode menghafal,
3) Metode naskah, dan
 4) Metode Ekstemporan.

1) Metode serta merta
Metode ini biasanya digunakan oleh seseorang yang secara serta merta atau secara tiba-tiba dan mendadak diminta berbicara di depan orang banyak. Orang ini tampil sesuai dengan kebutuhan sesaat, tanpa persiapan yang cukup sebelumnya, karena kesempatan berbicara itu datang tanpa diduga. Kalaupun orang ini mempersiapkan sesuatu, hanya dalam waktu yang sangat singkat, sebab dia tahu akan tampil berbicara, harus sesaat sebelum berbicara. Hal ini menyebabkan seseorang tampil berbicara hanya berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan keberanian yang dimilikinya. Jika dia adalah orang yang sudah punya pengetahuan dan pengalaman tampil berbicara, maka dia tentu akan berhasil. Tatapi, jika dia orang yang baru sekali itu tampil berbicara di depan pendengar, tentulah dia akan menemukan banyak kesulitan.

2) Metode menghafal
Metode menghafal adalah satu cara yang digunakan pembicara untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya di depan orang banyak dengan bantuan daya ingat yang kuat dan kekayaan materi yang dimiliki. Karena, sebelum pembicara tampil bicara biasanya ada hal-hal yang di persiapkan sebelumnya:
1)      Ada yang menulis naskah pidato kemudia dihafalkan.
2)      Ada yang mencari bahan-bahan yang ada kaitannya dengan topik yang akan dipidatokannya.

3)   Metode naskah
Metode ini jarang digunakan, kecuali pada saat-saat penting, misalnya di radio dan televisi. Biasanya sebelum tampil berbicara, pembicara memperhatikan naskah lengkap. Ketika tampil berbicara naskah itu dibacanya kata demi kata. Kalimat demi kalimat. Sehingga perhatian si pembicara tertuju pada naskah tersebut. Namun dia seyogyanya memandang pendengarnya sebanyak mungkin, dan kepada naskah sedikit mungkin. Permbicara harus mampu memahami dan menghayati makna yang dibacanya itu, dan memelihara hubungan yang erat dengan pendengar. Pembicara juga harus selalu ingat bahwa dia bukan sedang membaca, tetapi sedang berbicara, maka respons pendengar harus selalu diperhatikan.

4)   Metode ekstemporan
Metode ini jarang digunakan oleh pembicara yang ingin berbicara tanpa mempersiapkan naskah. Uraian yang akan disampaikan denga metode ini direncanakan dengan cermat. Setelah itu dibuat catatan penting yang sekaligus menjadi urutan sistematis dari uraian itu. Dalam metode ini, kadang-kadang disiapkan konsep naskah dengan bebas berbicara, serta bebas pada memilih kata-kata sendiri. Catatan tadi digunakan untuk mengingat urutan-urutan idenya. Metode ini lebih bersifat flesibel dan variatif dalam menggunakan kata-kata (diksi). Pembicara juga dapat merubah pembicaraannya sesuai dengan reaksi-reaksi yang timbulk pada pendengar.


2.       Penilaian Berbicara
Kemampuan berbicara merupakan salah satu kegiatan di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang memerlukan penilaian tersendiri. Berikut ini terdapat beberapa hal mengenai kriteria penilaian dalam pengajaran kemampuan berbicara. Suhendar (dalam Isah Cahyani dan Hodijah, 2007: 64), mengemukakan bahwa dalam menilai kemampuan berbicara seseorang sekurang-kurangnya ada enam hal yang harus diperhatikan. Keenam hal tersebut adalah:
1.      Lafal
2.      Struktur bahasa
3.      Kosakata
4.      Kafasihan
5.      Isi pembicaraan
6.      Pemahaman
Sapani (dalam Isah Cahyani dan Hodijah, 2007: 64), menyatakan bahwa penilaian kemampuan berbicara mencakup tiga aspek. Aspek tersebut yakni:
1.      Bahasa lisan yang digunakan, meliputi: lafal, intonasi, stuktur bahasa, gaya bahasa.
2.      Isi pembicaraan, meliputi: hubungan isi topik, struktur isi, kuantitas isi, serta kualitas isi.
3.      Teknik dan penampilan, meliputi: gerak-gerik, mimik, hubungan dengan pendengar, volume suara, dan jalannya pembicaraan.
Dari kedua pendapat diatas, dapat dipahami bahwa pada prinsipnya penilaian kemampuan berbicara secara garis besar mencakup kedalam tiga aspek, yaitu: menyangkut bahasa yang dilisankan, isi pembicaraan, teknik dan penampilan.

Faktor-faktor yang dinilai dalam berbicara:
1.     Faktor kebahasaan  yang mencakup
a.     Pengucapan vokal
b.     Penempatan tekanan
c.     Pilihan kata / ungkapan atau diksi
d.    Variasi kata
e.     Sruktur kalimat dan
f.     Ragam kalimat                                                    



2.     Faktor  nom kebahasaan yang mencakup :
a.     Keberanian dan semangat
b.     Kelancaran
c.     Gerak-gerik dan mimik
d.     Penguasaan topik
e.      Penalaran atau pemahaman / pengungkapan materi wacana.

Menurut Mulgrave (Tarigan, 1986: 22) menyatakan bahwa analisis mengenai proses inteluktual yang diperlukan untuk mengembangkan untuk kemampuan berbicara menunjukan perlunya pengaturan bahan bagi penampilan lisan, perlunya penggunaan ekspresi yang jelas dan efektif bagi komunikasi yang khusus tersebut, dan perlunya berbicara suatu keterampilan yang penuh seksama dan perhatian.